Mohon tunggu...
Muhammad Irsani
Muhammad Irsani Mohon Tunggu... Abdi -

Lahir di Pangkalan Bun, Kalteng. Menulis ketika pingin.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inikah Modus Baru Penipuan Telkomsel?

27 Oktober 2016   13:02 Diperbarui: 27 Oktober 2016   13:08 929
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya dan mungkin banyak pelanggan kartu Halo Telkomsel (pasca bayar), jarang atau bahkan tidak pernah membayar melakukan pembayarannya melalui kasir yang disediakan di Plasa Grapari karena di luar sana telah banyak kemudahan yang disediakan seperti melalui ATM, SMS Banking atau di kios-kios jasa pembayaran yang banyak tersebar di lingkungan perumahan. Selain praktis, pembayaran melalui pihak ketiga lebih aman dan bisa dipertanggung jawabkan Bermaksud membersihkan “tuyul” (karena datanganya tidak pernah saya undang)  SMS Premium yang sangat menguras tagihan kartu Halo, pada tanggal 27/09 saya menyambangi Grapari Telkomsel di Jalan Ahmad Yani Palangkaraya. Karena nomor antrian saya terlalu tinggi dan diperkirakan dua jam baru mendapat giliran,  saya membatalkan laporan pengaduan tentang virus SMS Premium  dan berencana kembali ke sini lagi di lain waktu (maklum, sebagai karyawan waktu begini diperoleh dengan cara curi-curi), lalu saya memilih menuju CashierGrapari yang nampak sepi untuk membayar tagihan, hitung-hitung sambil nyelam minum air.

Persoalan “tuyul” selesai saya atasi berdasarkan saran mbah google, ternyata cukup gampang saya disuruh telpon 133 (gratis) lalu saya disarankan ini-itu. Singkat cerita, kouta data,SMS dan telpon berjalan lancar jaya di bulan Oktober. Pada waktu hampir jatuh tempo, tepatnya tanggal  17/10 saya mendapat SMS dari TELKOMSEL yang bunyinya pembatalan pembayaran yang saya lakukan melalui Grapari (lihat gambar 2), kemudian pada tanggal 18/10 kembali saya mendapat SMS dari TELKOMSEL yang isinya memberitahukan jumlah tagihan yang harus bayar pada bulan berjalan (notifikasi biasa setiap bulan) dengan nominal tertentu (lihat gambar 3). Saya abai saja, toh batas akhir blokir tetap tanggal 20 setiap bulan. Karena berbagai kesibukan, saya lupa membayar hingga batas akhir, dan betul...! TELKOMSEL sangat tegas, pada tanggal 21/10 telpon saya diblokir (tidak bisa panggilan ke luar dan paket data dihentikan). Melalui aplikasi MyTelkomsel(menggunakan jaringan wi-fi) saya iseng melihat jumlah tagihan kartu Halo, dan betapa terkejutnya jumlah yang harus saya bayar melonjak naik tiga kali lipat, Rp.293.040,-. Ini jelas tidak masuk akal, ini mungkin penipuan. Saya memiliki tiga nomor kontak dan sangat mengerti bagaimana caranya menghemat melalui tiga nomor tersebut.

Gambar 2 (dok pribadi)
Gambar 2 (dok pribadi)
 Pada hari senin (24/10) saya mendatangi dan minta penjelasan ke Grapari, dan olala...!! Saya dianggap tidak pernah melakukan pembayaran pada bulan September 2016. Sang CS mengakui dalam sistem databasemereka saya pernah melakukan pembayaran pada tanggal 27/9 namun nilainya Rp.0,-. Siapa orangnya yang tidak terheran-heran, bagaimana mungkin Telkomsel yang katanya mendunia, mencatat kehadiran saya pada tanggal 27/9 dengan nilai Rp.0,-? Bagaimana logikanya vendor TELKOMSEL mengirim notifikasi SMS pembatalan pembayaran (dengan kata “dibatalkan”yang seharusnya uang saya dikembalikan)diartikan tidak membayar? Bagaiman bisa Telkomsel yang begitu ketat soal batas waktu bisa meloloskan penunggak kouta Data, SMS hingga panggilan hingga sebulan?
Gambar 3 (dok pribadi)
Gambar 3 (dok pribadi)
Penanggung jawab CS hanya memberikan satu alasan terhadap semua kejanggalan tersebut, yakni SISTEM EROR. Mudah, enak, gampang dan selesai karena saya tidak bisa menuntut sistem.

Lalu saya kembali lunglai ketika penanggung jawab CS ngotot meminta saya membuktikan berupa SECARIK KERTAS kwitansi sebagai tanda bukti bayar. Saya tidak memiliki lagi lembar bukti tersebut, mungkin saja lembaran tersebut telah masuk tong sampah di plasa Grapari, kota sampah mobil, sesat terselip dalam tumpukan kertas kerja, atau mungkin tertinggal di meja kasir karena saya tidak mengingat lagi waktu satu bulan itu.

Gambar 4 (dok pribadi)
Gambar 4 (dok pribadi)
“SISTEM EROR” dan “secarik kertas” adalah senjata ampuh membunuh akal sehat para pelanggan. Sangat mungkin ini terjadi di mana saja, mungkin telah berlangsung berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun.

Jahat...!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun