Mohon tunggu...
Muhammad Irsani
Muhammad Irsani Mohon Tunggu... Abdi -

Lahir di Pangkalan Bun, Kalteng. Menulis ketika pingin.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Memalukan, Satu-satunya MTs di Ibu Kota Kabupaten Gumas, Belajarnya di Teras Masjid

4 September 2014   15:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:38 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_357150" align="aligncenter" width="680" caption="Ilustrasi teras masjid/Kompasiana (Tribunnews.com/Theresia Felisiani)"][/caption]

Nama Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, benar-benar mendapat "berkah" top markotop se jagad raya ketika beberapa waktu lalu menjadi highlight di sejumlah media besar Indonesia bahkan beberapa manca negara dikarenakan telah membuka pintu kedok rakus dan bobroknya mental pucuk penyelenggara hukum tempat di mana setiap orang pencari keadilan.

Namun laporan ini bukan mengupas tentang hukum, tapi masalah pendidikan. Dalam satu kesempatan mengunjungi satu-satunya lembaga pendidikan Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) di Kuala Kurun, Ibu Kota Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah, saya sangat kaget, ternyata sekolah ini tidak memiliki dinding ruang belajar sebagaimana layaknya sebuah sekolah, tidak memiliki meja belajar, tidak memiliki papan tulis standar layaknya pembelajaran di kelas, tidak memiliki lemari tempat menyimpan keperluan belajar di kelas, dan apalagi memiliki alat audio-video.

[caption id="attachment_340999" align="alignright" width="300" caption="Ruang kelas baru yang tidak bisa diakses"]

1409793435143569708
1409793435143569708
[/caption]

Ya, mereka belajar di teras-teras masjid milik masyarakat setempat. Di teras depan untuk siswa kelas 9, di teras samping untuk siswa kelas 8 dan di teras belakang untuk siswa kelas 7. Pembelajaran berjalan normal, namun ketika azan sholat zuhur (sekitar pukul 11.30) maka proses belajar bubar. Setelah sholat zuhur berjamaah, siswa bebas pulang menuju rumah masing-masing.

[caption id="attachment_340995" align="alignright" width="300" caption="Siswa kelas 7"]

14097929841213820791
14097929841213820791
[/caption]

Kepala Sekolah, ......., mengakui bahwa pada tahun 2012, pemerintah provinsi telah membangun ruang kelas baru sebanyak empat lokal, namun tempatnya jauh dari perkampungan masyarakat. Itu sebenarnya bukan kendala utama, karena sang kepala bersama orang tua siswa bersepakat menyewa mobil pickup sebagai satu-satunya alat transportasi antar jemput siswa. Tetapi baru dua bulan berjalan, ketika musim hujan tiba, tekstur jalanan tanah liat dan berbukit sepanjang dua kilometer itu, kembali berlubang dan licin. Dan yang lebih parah lagi, jembatan satu-satunya akses menuju ke sekolah ambrol, sehingga semakin lengkaplah gedung belajar itu tidak bisa ditempuh lagi. Akhirnya siswa kembali belajar di masjid.

[caption id="attachment_340996" align="alignright" width="300" caption="Siswa kelas 9"]

140979302453989661
140979302453989661
[/caption]

Dari pantauan di lapangan sepertinya tidak ada tanda-tanda pemerintah setempat berniat memperbaiki jalan tersebut, sementara satu demi satu siswa mulai mundur memilih bekerja membantu orang tua, dan pasti tinggal menunggu waktu saja, bangunan tersebut akan menjadi santapan rayap hingga akan menjadi onggokan sampah kayu, lalu MTs Nurul Yaqin hanya akan menjadi catatan sejarah saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun