Mohon tunggu...
irsan asari
irsan asari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cobalah untuk memulai kebaikan dan cobalah untuk mengakhiri keburukan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyembah Api yang Masuk Surga

9 Oktober 2014   00:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:50 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dikisahkan ada seorang Majusi (penyembah api) yang sangat menghormati umat Islam di bulan Ramadhan. Dia enggan makan atau minum di hadapan mereka karena sikap toleransi terhadap umat muslim yang sedang melaksanakan ibadah puasa.

Suatu saat Majusi tersebut meninggal dunia. Beberapa hari tetelah kematiannya, tiba-tiba tetangganya yang seorang muslim bermimpi bertemu dengan si Majusi di suatu tempat. Kemudian tetangganya itu bertanya, “Bagaimana kabarmu wahai Majusi?”. “Alhamdulillah, kabarku baik.” Jawabnya.

Sontak saja dia kaget. Kemudian kembali dia bertanya. “Bagaimana engkau berkata alhamdulillah, sedang engkau seorang Majusi, penyembah api….?!”  Lalu dia menjawab. “Benar aku Majusi. Namun tidak ada seorang pun yang tau, bahwa ketika Izrail mendatangi untuk mencabut nyawaku, dia berkata. ‘Wahai Majusi ikutilah kata-kata ku (Syahadatain), karena sesungguhnya aku tidak rela engkau mati dalam keadaan Majusi, sedang engkau telah menghormati orang-orang muslim yang sedang berpuasa di bulan Ramadan.’ Kemudian aku mengikutinya. Dan akhirnya, aku mati dalam keadaan muslim.

Imam Abu Hanifa dan Kuburannya.

Ketika bulan Ramadan, Imam Abu Hanifah sering mengkhatamkan Al-Qur’an dari subuh ke magrib 2 kali khatam. Kemudian dari Magrib ke Subuh 2 kali khatam. Maka dalam sehari beliau mengkhatamkan 4 kali khatam.

Suatu saat beliau menggali tanah, dan sering membacakan Al-Qur’an di hadapannya. Kemudian anaknya bertanya, “Wahai Aba, kenapa engkau menggali tanah itu dan sering membacakannya Al-Qur’an?” Ujarnya heran.

Kemudian Abu Hanifah menjawab, “Wahai anakku, aku berwasiat kepadamu jika aku mati maka kuburkanlah jasadku di tempat itu, karena sesungguhnya aku telah membacakannya 7000 kali khatam Al-Qur’an. Berharap keberkahan sebagai tempat disemayamkannya jasadku nanti.”

Shalatnya Syaikh Abdul Qadir Ketika Ramadan

Dikisahkan ketika bulan Ramadan tiba, Syaikh Abdul Qadir sering melaksanakan shalat sunah dua rakaat. Rakaat pertama mengkhatamkan Al-Qur’an dan rakaat kedua juga mengkhatamkan Al-Qur’an. Tetapi uniknya ketika shalat, beliau berdiri hanya dengan satu kaki.

Kemudian putranya, “Wahai Aba, kenapa engkau sering berdiri ketika shalat hanya dengan menggunakan satu kaki?!” kata anaknya heran.

Syaikh menjawab, “Tidaklah aku berdiri ketika shalat dengan satu kaki, melainkan untuk mengusir rasa kantukku saat shalat. Agar jika aku mengantuk sedikit saja, maka pasti aku akan terjungkal.”

Disiksa Karena Menyepelekan Kesempatan Ramadan

Di akhirat nanti, akan ada seorang pemuda yang dia berteriak-teriak, menahan rasa sakit karena siksa neraka. Dan para malaikatpun tidak henti-hentinya memukuli pemuda tersebut. Sampai-sampai ada seorang malaikat bertanya. “Kenapa gerangan pemuda ini disiksa padahal dia termasuk pemuda yang puya banyak amalan shalihnya?”

Kemudian malaikat lain menjawab. “Sesungguhnya amalanya cukup baik, namun ketika masa mudanya dia pernah menyepelekan kesempatan di bulan Ramadan.”

Mudah-mudahan kisah ini memberi kita motivasi untuk lebih bersemangat lagi dalam melakukan amalan-amalan sunnah dan lebih dekat lagi dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an terutama di bulan Ramadan.

Kisah inspiratif ini ditulis dari isi khutbah Jum’at Habib Ali al Habsyi, di Masjid stasiun Palmerah.

Wallahu a’lam bi shawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun