Mohon tunggu...
Irsan Firmansyah
Irsan Firmansyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Agricultural engineering UNPAD

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jahilnya Nasdem Pada Ridwan Kamil (RK)

9 Oktober 2017   00:17 Diperbarui: 9 Oktober 2017   00:30 1285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG)

Nasdem dengan cerdas menjadi partai pertama yang mendukung Ridwan Kamil. Sangat menguntungkan memang mendukung Ridwan Kamil (Kang Emil), sosok yang difavoritkan sebagai Cagub Jabar. Namun anehnya sampai saat ini baru 2 partai yang menyokong Kang Emil yaitu Nasdem dan PKB. Aneh memang  jika dilihat dari sosok tersebut yang sangat potensial tapi minim dukungan partai. 

Jika kita lihat dari survei, kang Emil selalu tertinggi elektabilitasnya, dari integritas sangat mumpuni, dari segi budaya dan agama mayoritas, di media sosial sangat populer dan banyak prestasi nasional atau internasional. Partai seakan-akan sangat berhati-hati untuk memberi dukungannya pada Kang Emil, malah  jelas terlihat beberapa partai "mendeklarasikan" untuk tidak mendukungnya. Minimnya dukungan partai terhadap Kang Emil tentu tidak lepas dari langkah cerdas Nasdem, atau bisa saya sebut "langkah jahil Nasdem".

Bagaimana tidak menghubungkan minimnya dukungan Kang Emil dengan keputusan berjodoh bersama Nasdem yang  sudah berjalan sejak Maret 2017. Nasdem yang hanya memiliki 5 kursi di Jabar bisa membuat kesepakatan "Jahil" dengan Kang Emil. Apa kesepakatan itu dan bagaimana menjadi kesepakatan "jahil"?

  1. Ridwan Kamil sebagai gubernur Jabar nantinya untuk mampu menjadikan Provinsi Jabar sebagai benteng Pancasila, yang tetap menjaga marwah nilai-nilai kebangsaan seutuhnya, dengan semangat menjaga nilai-nilai kemajemukan, prularisme di tengah praktik keseharain masyarakat Jabar, Jadilah Provinsi Jabar bentengnaya Pancasila saudara- saudara" Ujar surya Paloh.
  2. "Konsentrasi penuh ini untuk Partai Nasdem. Untuk itulah Nasdem meminta Ridwan Kamil yang sekarang belum jadi anggota partai manapaun, tidak menjadi anggota partai selama menjadi gubernur, termasuk Partai Nasdem yang mengusung dia pada Pilkada Jabar," ujar dia.
  3. Kesepakatan ketiga, kata Paloh, partainya berharap kepada Ridwan Kamil di dalam menjalankan roda pemerintahan, dapat meningkatkah hasil pembangunan. "Sehingga menimbulkan partisipasi dan rasa optimisme masyarakat Jabar yang kuat menuju Pilpres 2019, untuk mendukung balik Jokowi menjadi calon presiden".

Jika dibaca sekilas kesepakatan "Jahil" pertama adalah kesepakatan normalitas saja. Seakan-akan hanya kesepakatan formal yang harus dipenuhi seorang pemimpin ditingkat manapun di Indonesia. Namun justru kesepakatan ini membuat gubernur dan partai pendukungnya tersinggung. Coba bayangkan, dengan kesepakatan ini seakan-akan keadaan Jabar hari ini tidak memiliki "nilai kebangsaan yang seutuhnya", "tidak menjaga kemajemukan dan plurarisme" dan sampai perlu dibangun "benteng Pancasila". Berdasarkan kesepakatan pertama, tentunya partai pendukung Gubernur Jabar (Kang Aher) akan berpikir ulang untuk mendukung Ridwan Kamil karena terkait dengan citra partainya.

Kesepakatan "Jahil" kedua membuat salah satu daya tarik Kang Emil pada partai-partai pendukung terkikis. Tentunya dengan segala keunggulan Kang Emil akan banyak partai yang mengharapkan beliau masuk sebagai kader partai. Sosok yang memiliki integritas dan elektabilitas tinggi yang masuk pada partai akan membuat partai naik elektabilitasnya. Daya tarik ini seharusnya bisa menjadi nilai jual untuk partai-partai yang memiliki jumlah kursi yang banyak sehingga memudahkan Kang Emil memperoleh dukungan. Terutama untuk partai-partai seperti PKS, PDIP atau Gerindra yang sangat mengutamakan kadernya. 

Kesepakatan "jahil" ketiga, kesepakatan terjahil Nasdem terhadap Kang Emil. Sekali lagi coba telaah kalimat "Sehingga menimbulkan partisipasi dan rasa optimisme masyarakat Jabar yang kuat menuju Pilpres 2019, untuk mendukung balik Jokowi menjadi calon presiden". Kesepakatan dengan membawa-bawa pilpres 2019 mendukung Jokowi luar biasa jahil. Dengan kesepakatan tersebut, maka membatasi Kang Emil untuk mendapat dukungan partai. Kesepakatan mendukung Jokowi tentunya membuat partai-partai pendukung Prabowo yaitu Gerindra dan PKS sudah pasti tidak akan memberikan suaranya pada Kang Emil. 

Bicara mengenai pilpres 2019, berarti juga memasukan sentimen politik pilpres 2019. Selain partai-partai yang mendukung Jokowi dan Prabowo tentunya ada juga partai-partai yang ingin membuat poros baru di Pilpres 2019. Dengan undang-undang pemilu yang menggunakan Presidential Threshold  dari Pemilu sebelumnya yaitu 2014 maka partai-partai sudah bisa menghitung peluang memajukan Presiden dari saat ini. Berdasarkan hal tersebut, bagi partai-partai tersebut mendukung Ridwan Kamil di Cagub Jabar berarti memperkecil kemungkinan membuat poros baru karena memperkuat salah satu Capres. 

Puncak dari kesepakatan "jahil" ketiga adalah dipastikannya PDIP tidak akan mendukung Kang Emil di Cagub Jabar. Partai utama penyokong pemerintah Jokowi tidak mendukung Cagub Jabar yang berjanji mendukung Jokowi? Ironis. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun