Mohon tunggu...
Irsadi Aristora
Irsadi Aristora Mohon Tunggu... -

Tiada kata surut untuk mengejar sebuah asa, berbuat yang terbaik adalah tujuan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lampion Hati

27 Februari 2014   01:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:26 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

LAMPION HATI

By : C3K

Iringan irama malam seakan tak pernah lelah bernyanyi bersama angin

Malam demi malam terlewatkan tanpa sadar hari telah paruh waktu

Asa dalam doa tak henti diucapkan, akankah kutemukan dia sedetik saja

Rasa rindu ini seakan mulai redup bersama larut yang mendekati fajar

Irisan cahaya yang keluar terlihat jelas dari lampion mengganggu pandangan ku

Musim hujan dipenghujung tahun pun tlah tiba dan berlalu bersama para musafir

Ada suara angin yang menyampaikan pesan singkat, saya disini bersama mu sekarang

Raut wajah ku pun berubah selaras dengan pantulan cahaya dari lampion yang menerpa

Ini akhir penantian ku bersama sebuah lampion ditengah ruang hati

Masa mendesak aku tuk jujur akan perasaan ini apa adanya pada nya

Angin sampaikan kembali pesan untuk nya kalau aku sangat menyayangi mu

Riuh suara pesan berbalik silih berganti seakan tak mau berhenti bersama lara

Indah nya suasana hati mengajak bibir tersenyum manis ditengah cahaya

Mata mu dulu ku suka, terniang bersama perjalanan yang kita tempuh

Akrab manja mu senada cerita catatan kita yang tak pernah nyata

Remang dalam hati diterangi sinar lampion yang membatasi terang nya

Impian terus terukir mengalir bersama pesan melalui jari-jari ini

Mentari pun enggan menujukan sinarnya demi menjaga lampion

Api dendam berbungkus rindu semakin dekat menunjukan mimpi

Raga bergetar bersama tetesan embun malam dari ujung-ujung daun

Ingatan perjalanan ini masih segar bersama waktu yang terus berlalu

Merona cahaya lampion dalam hembusan angin membuat aku gusar

Ada dinding tebal yang membatasi sinar lampion untuk menerangi hati

Riab ikatan rasa menjadi gagang kendali menjaga cahaya lampion

Irama angin mengajarkan ku tentang keseimbang dan kedewasaan diri

Mimpi indah menjadi semu, karena hanya ingin mengawal sinar nya yang indah

Apapun yang menerpa, lampion ku harus terus menyala demi asa terpendam

Raih pesan dalam catatan cerita cinta kita, aku sayang pada mu hingga kini.

Desember ‘13

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun