Mohon tunggu...
Irsadi Aristora
Irsadi Aristora Mohon Tunggu... -

Tiada kata surut untuk mengejar sebuah asa, berbuat yang terbaik adalah tujuan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suhu Udara Sejuk, Politik Panas

8 April 2014   23:09 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:54 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


( Dataran Tinggi Gayo )

Pendahuluan

Takengon, 4/4/2014. Dataran Tinggi Gayo yang terdiri dari 3 Kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues adalah daerah yang berada pada ketinggian diatas 1000 mdpl. Daerah penghasil holtikultura ini terbesar di Aceh ini dihuni oleh berbagai suku yang ada di Indonesia. Suku asli yang menduduki dataran tinggi ini adalah suku Gayo yang menurut para pakar sejarah adalah suku pertama yang menduduki wilayah Aceh tempo dahulu. Keberagaman hasil bumi yang dihasilkan memiliki nama hingga ke manca Negara yaitu Kopi Arabica yang menjadi komoditas unggulan.

Bukan hanya kopi, budaya Gayo dikenal juga ke manca Negara seperti Tarian Saman (Gayo Lues), Didong Jalu (Takengon dan Bener Meriah) dan Pacuan Kuda. Kebudayaan ini menjadi milik Negara saat ini yang terus dibanggakan. Mayoritas penghasilan penduduk Gayo yang bersumber dari hasil perkebunan dan pertanian mampu mensuplai kebutuhan hingga keseluruh Aceh dan juga provinsi tetangga Sumatera Utara, bahkan sebagian juga di ekpor ke luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Negara eropa.

Dalam tahun politik di 2014 ini, suku gayo yang merupakan suku minoritas dari Provinsi Aceh harus mendapat gelombang politik pada bulan maret 2014 lalu. Dimana dua kelompok masyarakat yang berada di Aceh Tengah dan Bener Meriah terjadi bentrok akibat suhu politik yang sedang terjadi saat diseluruh Aceh. Massa pendukung kandidat dari terdiri dari massa partai, simpatisan dan massa ormas melakukan aksi atas kepentingan politik dengan tindakan anarkis. Suasana sempat memanas, akan tetapi pihak keamanan dan jajaran pemerintah segera mengamankan situasi tersebut.

Sejak dikumandangkan dataran tinggi gayo berpisah dengan provinsi induk nya di Aceh, sejak itu isu Aceh Leuser Antara (ALA) menjadi kendaraan politik beberapa tokoh politik yang berada di dataran tinggi Gayo. Sementara masyarakat Aceh di pesisir tidak rela melepaskan dataran tinggi Gayo dari Aceh karena alasan sejarah berdiri Kerajaan Aceh tak lepas dari sejarah panjang dari sejarah yang dimulai di Tanah Gayo. Gerakan politik dan social pun terjadi dari dua perbedaan sudut pandang, Gayo merasa selama ini menjadi anak tiri oleh Provinsi Aceh, sementara Pemerintah Aceh menganggap Gayo satu kesatuan sejarah panjang Kerajaan Aceh Berjaya.

Politik Di Aceh

Pasca MoU helsynki yang di akhiri berdamainya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) arus perpolitikan di Aceh berubah seiring ditanda tangani UU Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Aceh. Aceh diberikan otonomi seluas-luasnya mengatur pemerintahan sendiri yang juga diikuti aliran politik local yang hanya terjadi di Aceh saja dalam sejarah panjang NKRI berdiri sejak 1945. Gerakan Aceh Merdeka yang melebur dalam bentuk Komite Peralihan Aceh (KPA) kini merubah pola perjuangan melalui perjuangan politik yang di aspirasikan dengan mendirikan Partai Aceh.

Bukan hanya KPA yang memanfaatkan ruang politik ini, gerakan aktifis yang memperjuangkan Referendum di Aceh juga mendirikan partai, Ulama dan masyarakat. Walau pada pesta demokrasi saat ini di tahun 2014 beberapa partai local yang sebelum nya sempat tumbuh selama 5 tahun sebelum harus berguguran karena ketidak siapan gerakan politik partai masing-masing. Saat ini hanya tinggal 2 partai local yang bertahan dan 1 partai local baru yang muncul. Partai lama yang masih bertahan adalah Partai Aceh (PA) dan Partai Damai Aceh (PDA), sementara partai local yang baru ikut dalam pesta demokrasi saat ini adalah Partai Nasional Aceh (PNA).

Sejarah berdirinya PNA diawali dengan pecah alur politik dari beberapa tokoh di KPA, Irwandi Yusuf mantan Gubernur Aceh Periode 2007 – 2012 dahulu nya maju dari dukungan Partai Aceh kini membangun faham politik local baru setelah dirinya tidak masuk bursa calon  Gubernur Aceh Periode berikutnya dari Partai Aceh. Sejak saat itu, Irwandi membangun sebuah partai local baru yang dinamai dengan PNA ( Partai Nasional Aceh ) dengan membawa beberapa mantan petinggi KPA ke partai nya yang masih loyal dengan kepemimpinan Irwandi Yusuf. Berdirinya PNA membuat kekuatan PA menjadi sedikit terganggu, sehingga membuat anggota dan simpatisan Partai Aceh berang kepada Irwandi Yusuf dan pemukulan kepada dirinya pun terjadi disaat selesai dilantik Gubernur Aceh yang baru, tepat dihalaman DPRA di Banda Aceh.

Perpecahan di kubu yang didominasi oleh kombatan GAM, semakin memperuncing suhu politik di Aceh dan kejadian konfrontasi dari kedua belah pihak tak mampu dibendung. Korban berjatuhan dengan alasan yang beragam, akan tetapi beberapa masyarakat menganggap bahwa semua kejadian yang terjadi tak jauh dari persoalan politik di tubuh PNA dan PA itu sendiri. Senin (31/03/2014), di Desa Geulagang Tengoh, Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireun, terjadi sebuah penembakan terhadap keluarga dan tokoh dari Partai Aceh. Sangat disayangkan, korban tak berdosa dan tak kenal politik pun menjadi korban atas nama Khairil Anwar (1,5 thn). Hal ini mendapat perhatian dari Jakarta, Mabes Polri dan Waka BIN mempertanyakan bagaimana status penyidikan yang ditangani oleh POLDA Aceh yang hasil nya sangat ditunggu penyelesaian nya.

Suhu Politik Di Takengon

Beranjak dari dua kupasan dalam pendahuluan dan kondisi politik di Aceh yang disebutkan dalam tulisan diatas, Takengon memiliki karakteristik yang unik serta berbeda kondisinya. Suhu politik yang terjadi secara global di wilayah Aceh pada tahun ini juga dialami di Aceh Tengah yang beribukota Takengon. Kekhawatiran terjadi dari beberapa kalangan tokoh Gayo terhadap kondisi yang sedang memanas di seluruh Aceh tidak terjadi di Gayo ini. Mengawal agar tak merembes ke Gayo pun beberapa kegiatan sosialisasi pemilu damai terus dikumandangkan.

Satu hal yang ternyata luput dari pantauan semua pihak, icon isu gerakan pemekaran dataran tinggi Gayo melalui kendaraan ALA menjadi sumber terjadinya inseden yang tak diharapkan. Selasa (18/3/2014) kantor Partai Aceh dijalan Terminal Wariji, Takengon, Kabupaten Aceh Tengah tepat nya pukul 23.00 wib di bakar dan diserang yang mengatas namakan diri PETA (Pembela Tanah Air). Kemarahan dari Ormas tersebut karena didasari oleh Kampanye PA yang isinya mengkritik tajam soal perjuangan ALA dan beberapa tokoh yang menjadi pejuang ALA.

Perlakuan dari PETA tak dapat diterima oleh Partai Aceh, karena aksi mereka pada hari Rabu (19/3/2014) terjadi aksi balas dari PA dan langsung mencari ketua PETA, Tagore Abubakar sebagai dalang dari aksi kemarin. Massa PA Aceh Tengah dan yang datang dari Bener Meriah dan Bireun ini tak sanggup menahan diri dengan membakar PUSKUD milik BUMD dan pabrik kopi di Jamur Ujung di Kabupaten Bener Meriah yang diprediksi milik Tagore Abubakar. Masa PA baru berhenti melancarkan aksi balas dedam kepada PETA setelah Kepolisian melepaskan tembakan keudara agar massa menghentikan aksi mereka.

Panitia Pemilihan diwilayah kecamatan Linge Isaq, mengajukan permohonan pengunduran diri dikarenakan alasan ketidak transparan keuangan dan kekurangan biaya serta kondisi medan yang sulit memenuhi ketepatan proses penjadwalan yang telah ditetapkan. Pengunduruan diri panitia ini memberi kekhawatiran akan terganggu nya proses pemilu yang tepat waktu, jujur dan akuntabilitas. Perlu sikap tegas KIP Aceh Tengah dalam penyelesaian permasalah tersebut, berhubung waktu pemilihan dalam pesta demokrasi bangsa hanya tinggal beberapa hari saja.

A.Terlibatnya Pejabat Dalam Politik Aceh Tengah

Bupati Aceh Tengah Ir. Nasaruddin,. MM yang menjabat dua kali periode 2007-2012 kemudian 2012 – 2017 terlihat langsung beberapa kali oleh warga nya turun mengkampanyekan beberapa nama caleg yang di isukan sebagai saudara dekat dan kerabat dari Bupati Aceh Tengah. Masyarakat yang menceritakan sepak terjang Bupati tersebut enggan disebutkan namanya demi alasan yang tidak bisa disebutkan. Menurut masyarakat di Bebesen, mereka lihat langsung sang Bupati pada malam hari mengunjungi warganya dan mengkampanyekan kandidat yang ikut serta dan memberikan dukungan langsung kepada kandidat caleg yang dijagokan oleh Ir. Nasaruddin,. MM.

Saat dikonfirmasikan, apakah tindakan bupati tersebut sudah pernah dilaporkan kepada Panwas Aceh Tengah, masyarakat enggan menjawab karena menurut mereka semua akan sia-sia sebab beliau adalah orang nomor satu di kabupaten ini. Mereka pun tidak yakin Panwas Aceh Tengah mau bertindak atas sikap Bupati yang memihak dan tidak independen sebagai pimpinan daerah di Aceh Tengah. Situasi suhu politik di Aceh Tengah lagi-lagi memicu keresahan dikalangan masyarakat, terutama dikalangan para caleg yang tidak didukung oleh beliau. Beberapa caleg berdasarkan keterangan warga Kecamatan Bebesen merasa dizalimi atas tindakan Bupati yang tidak netral dan memihak.

Ada 4 nama caleg yang menuju kursi DPRA yang selalu disebutkan setiap jumpa bersama warga pada malam hari. Kecamatan Bebesen menjadi sasaran bombardier Bupati karena wilayah yang memiliki DPT 32,000 suara ini dapat dijadikan lumbung pemenengan. Sangat tidak etis dalam tulisan ini menyebutkan nama-nama yang menjadi jagoan Bupati Aceh Tengah, Ir. Nasaruddin,. MM. Akan tetapi ada sebuah harapan penegak hukum maupun pengawas pemilu untuk mengambil tindakan terhadap kelakuan beliau agar keadilan dalam politik dapat diciptakan. Sangat dikhawatirkan akan menimbulkan konflik politik akibat tindakan tersebut yang berakibat tidak baiknya kwalitas pemilu di Aceh Tengah tahun ini.

B.Putra Gayo Yang Menuju DPRA

Pada Tanggal 9 April 2014, berdasarkan Daftar Calon Tetap (DCT) anggota DPRA Pemilu 2014 yang bertarung di Dapil Aceh 4 sebanyak 93 nama yang akan menjadi wakil Gayo yang kelak merebut 6 kursi di DPRA. Ke enam wakil dari Gayo nanti diharapkan adalah putra terbaik Gayo yang akan menjadi suara rakyat di Gayo yang akan memperjuangkan suara-suara dari Dataran Tinggi Gayo secara keseluruhan.

Hasil wawancara dengan beberapa warga di Kecamatan Bebesen, Bies dan Kute Panang menaruh harapan pada beberapa caleg yang akan menyuarakan aspirasi masyarakat Gayo di DPRA. Dari 93 caleg yang ditetapkan KIP Aceh, beberapa nama yang sering muncul yang disusun berdasarkan urutan rangking dalam wawancara dengan masyarakat adalah :

1.ADAM MUKHLIS                            Dari PA

2.ARDAN MM                                     Dari Partai HANURA

3.ZULKIFLI                                          Dari PPP

4.BAZARUDDIN                                Dari Partai NASDEM

5.ABD GANI                                        Dari PBB

6.Tgk. HUSAINI, S.Sy                     Dari PDA

7.ADLI TJALOK BIN IBRAHIM  Dari PA

8.T. RAFLY AGAM                           Dari PNA

9.ALAIDIN ABAS                             Dari Partai DEMOKRAT

10.IBRAMSYAH                                   Dari GOLKAR

Wawancara ini bukanlah sebagai alat ukur yang tepat terhadap kondisi actual, dengan mengunakan metode random sampling 10% dari jumlah caleg DPRA yang mewakili Dapil Aceh IV kita hanya mengambil 10 nama yang paling sering muncul dari 93 DCT diberdasarkan data wawancara dimasyarakat. Penomoran rangking disusun berasarkan angka tertinggi hingga angka terendah. Maka bila dilihat dari wawancara ini, maka Perlu pemantauan semua pihak agar pemilu tahun ini dapat tercipta bebas, jujur dan rahasia serta aman dari intimidasi dan tekanan politik penguasa. (Ira)

http://mobile.lintasgayo.co/2013/siapa-wakil-gayo-dari-nasdem-ke-dpra/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun