Dia merubah lahan pesawahan menjadi perumahan. Terus proses pembangunannya tidak mengindahkan dampak lingkungan. Selain itu rumah yang dibangun juga tidak memperhatikan standar-standar kualitas sebuah bangunan rumah.
Alhasil, perumahan yang dibangunnya itu membawa akibat jelek, baik pada lingkungan maupun pada konsumen yang membeli rumah yang dibangunnya tersebut.
Ketika dia merubah lahan sawah menjadi perumahan, dia telah merubah keseimbangan ekosistem. Selain mempersempit area produksi bahan pangan, juga menimbulkan potensi banjir.
Selain itu, akibat rumah yang dibangunnya berkualitas jelek, para pembeli harus menanggung kerugian, berupa pendeknya umur rumah. Baru beberapa bulan ditinggali, rumahnya sudah mengalami kerusakan di banyak bagian.
Bagi si pengusaha pembangun rumah, dia berhasil meraup kekayaan. Namum kekayaannya ini memakan tumbal berupa kerusakan lingkungan dan korban lainnya yakni para pembeli yang dirugikan.
Ternyata budaya kita memang tidak bisa lepas dari pesugihan ya. Meraih kekayaan dengan mengorbankan manusia lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H