Mohon tunggu...
Irpan Rispandi
Irpan Rispandi Mohon Tunggu... Lainnya - IT - Poet - Writer

IT'ers | suka berpuisi dan nyanyi | Suka jalan juga | Instagram: @irpanisme | Youtube Channel: https://www.youtube.com/irpanr | Books: https://itunes.apple.com/us/author/irpan-rispandi/id601183676?mt=11

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanjakan Asoy

26 April 2012   06:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Yang disebut Tanjakan Asoy adalah sebuah jalur pendakian terjal yang hampir vertikal di gunung Ciremai. Untuk menaklukannya seseorang tidak cukup hanya mengandalkan kaki, dia juga harus mengerjakan tangannya berpegangan pada akar-akar pohon. Untuk mencapai puncak Ciremai, para pendaki bisa melalui 3 jalur pendakian, Palutungan, Linggarjati atau Apuy. Tanjakan Asoy terletak di jalur pendakian Palutungan.

Angga, Abhi (kakak Angga) dan beberapa orang temannya mengambil jalur Palutungan. Palutungan sebenarnya nama sebuah desa terakhir sebelum memasuki jalur pendakian. Desa itu terletak di Kec. Cigugur, Kab. Kuningan. Alasan mereka memilih jalur ini karena sekalian ingin bersilaturrahmi. Kebetulan di desa Palutungan ada saudara Ibunya Angga yang tinggal disana.

Sejak berangkat ba'da Isya, mereka sudah menempuh lebih dari setengah jalan. Dan Tanjakan Asoy telah berhasil ditaklukan oleh Angga. Dengan semangat dan kekuatan fisiknya, Angga bisa mendaki lebih cepat dibanding kakak dan teman-temannya. Tas Carrier yang disandangnya sangat berat, karena selain berisi kebutuhannya sendiri, dia juga membawa persediaan air dan sebagian peralatan kemah. Namun sejauh ini, Angga bisa menangani semuanya.

Indahnya malam berhias bintang agak sulit terlihat dari tempat Angga berdiri, berhenti sejenak untuk beristirahat. Pandangannya tertutupi oleh pepohonan yang menjulang tinggi. Namun jika mengingat sudah berapa jauh jalur yang telah ditempuh, Angga bisa memperkirakan sekarang sudah dinihari. Saat itu tubuhnya memberitahu bahwa ada limbah yang harus dibuang, dia pun memutar pandangan dan kemudian melangkah ke arah semak. Ketika dia konsentrasi sambil berdiri, terdengar suara khas, sepertinya babi hutan. Tubuh Angga menegang siaga. Segera dirapikan pakaiannya. Ketika itu dari arah berlawanan, muncul sosok hitam bergerak ke arahnya. Angga dengan sigap menghindar kesamping. Namun kakinya menginjak tempat kosong, dan tak ampun lagi tubuhnya terperosok dan meluncur kebawah.

Apa yang terjadi..., Angga bertanya dalam hati. Dia mendapati dirinya terkapar diatas tumpukan daun kering, pipinya terasa perih. Ketika mencoba bangun, Angga tersentak kaget. Dia tidak bisa bangun. Rasa sakit luar biasa menyengat punggungnya. Dicobanya mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Dia sedang mendaki gunung, melewati Tanjakan Asoy, buang air, babi hutan.... ah.... jatuh.

Nanar matanya ketika menyadari bahwa dia telah terjatuh, mungkin ke jurang yang cukup dalam. Dari rasa sakit yang menyengat di punggung, sepertinya dia mengalami cedera pada tulang punggungnya. "Apakah aku telah lumpuh?", Angga pun mencoba menggerakkan tangan dan kakinya, namun sia-sia. Menyadari hal itu dia pun pasrah, hanya bisa berdo'a memohon pertolongan kepada Sang Maha Kuasa. Angga bertekad untuk tetap hidup.

Angin dingin berhembus membawa kabut. Angga merasa lehernya dingin, rupanya syal yang dia kenakan sudah tidak ada. Syal bersulam gambar kincir angin kecil di salah satu ujungnya, oleh-oleh dari ayah untuk Angga dan Abhi. Kabut semakin tebal...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun