ZIONISME DAN SUPREMASI KULIT PUTIH
Supremasi rasial kulit putih adalah ideologi yang menyatakan bahwa kulit putih lebih unggul daripada kulit berwarna lainnya, terutama kepada orang berwarna (kulit hitam, kulit merah, ras asia, latin, Indian, dll). Ideologi ini memiliki akar sejarah dalam rasisme dan kolonialisme, dan di Amerika Serikat, yang menjadi Paradoks terhadap kampanye Hak Asasi Manusia sebagai common standart untuk menyerang negara lainnya, namun ternyata oleh Amerika Serikat, sebagai negara yang mengakui hak asasi manusia sebagai dasar konstitusi negaranya, namun mendukung dan membiarkan sistem yang melanggar hak asasi manusia.
Dukungan Pemerintah Amerika Serikat atas segregasi rasial oleh Pemerintah Israel, salahsatunya tampak pada tahun 2013, dalam laporan investigatif oleh media Israel, Haaretz, dan diberikan juga oleh media-media internasional, dari Media Reuters, berita di media The Guardian, yang meliput adanya diskriminasi yang kasar terhadap warga Israel keturunan yahudi Ethiopia, khususnya terkait dengan praktik kontrasepsi untuk menekan angka kelahiran. Laporan-laporan investigasi jurnalistik media tersebut mengungkapkan tindakan terhadap setiap warga negara israel dengan kategori perempuan yahudi Ethiopia, telah mengalami tekanan pemaksaan oleh pejabat medis Israel untuk menggunakan kontrasepsi, terutama suntikan kontrasepsi Depo-Provera. Suatu dilema dimana Kedatangan komunitas Yahudi Ethiopia dikenal dengan sebutan Beta Israel atau Kaduan, yang menganggap diri mereka sebagai keturunan suku-suku Israel yang bermigrasi ke Afrika Timur sebelum dan selama zaman kehancuran Bait Suci Pertama di Yerusalem pada tahun 586 SM. Sejumlah besar Yahudi Ethiopia pindah ke Israel melalui operasi-evakuasi dan pemukiman, seperti Operasi Solomon pada tahun 1991 yang mengangkut ribuan orang dalam waktu yang sangat singkat yang dikenal sebagai Aliyah, dengan harapan menjadi bagian integral dari masyarakat negara Israel dengan mempertahankan warisan budaya dan keagamaan mereka.
Langkah-langkah kontrasepsi seharusnya selalu menjadi pilihan sukarela sebagai layanan kesehatan reproduksi dengan tanpa tekanan/paksaan dan diskriminasi. Hal tersebut diduga sebagai tindakan pemerintah Israel secara sadar untuk memurnikan darah kaum Yahudi zionis adalah hanya ras kulit putih saja, dengan upaya yang secara sistematis menolak kelahiran bayi dari yang mengaku yahudi Israel dari manusia kulit berwarna hitam, suatu bentuk genosida yang sistematis terhadap warga Negara Israel sendiri. Berita terkait sebagaimana dalam link di bawah ini :
- https://www.haaretz.com/israel-news/2013-01-27/ty-article/.premium/ethiopians-fooled-into-birth-control/0000017f-f512-d044-adff-f7fb92c30000
- https://www.reuters.com/article/us-israel-contraceptives/israel-reviews-contraceptive-use-for-ethiopian-immigrants-idUSBRE90R0SN20130128/?edition-redirect=in
- https://www.theguardian.com/world/2013/feb/28/ethiopian-women-given-contraceptives-israel
RESPON DAN GERAKAN
Atas tindakan represif-ofensif dengan kekerasan yang nyata dan diskriminasi oleh Israel di tanah dan warga Palestina, menimbulkan respon keras masyarakat dunia dan aktivis hak asasi manusia kepada tindakan Israel yang menjadi sumber ketegangan di kawasan Timur Tengah dan telah mendapatkan perhatian internasional. Adanya potensi perang dunia sebagai dampak besar pada konstelasi keamanan internasional, dimana suatu tindakan ofensif yang terus menerus yang dapat memicu reaksi dari negara-negara yang memiliki afiliasi dan ikatan agama, historis dan kepada Palestina. Reaksi dan respon telah bergerak simultan dalam bentuk unjuk rasa/demonstrasi dijalanan dan tekanan politik dari masyarakat internasional atas nama kemanusiaan dan konsistensi pada tujuan demokrasi yang sebenarnya terhadap kampanye hak asasi manusia, sehingga seharusnya dapat memaksa israel dan pemerintah negara-negara termasuk amerika serikat yang mendukungnya untuk menghentikan diskriminasi dan penjajahan terhadap Palestina. Semoga.
Penulis menutup kajian dengan mengutip suatu pernyataan tegas, terhadap rumah tinggal dan rumah sakit yang hancur, demi manusia dan anak-anak yang terbunuh dengan dibom dan ditembak tanpa belas kasih, maka dengan akal sehat, kita tak boleh berdiam diri memilih netral tak berpihak, bahwa ..... "If you are neutral in situations of injustice, you have chosen the side of the oppressor."Â -- Desmond Tutu.
(IFA) -- ditulis dari berbagai sumber referensi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H