[caption caption="facebook.com"][/caption]Tentu kita sudah tahu dengan berita seorang anak SMA yang menjadi bahan ejekan di medsos dan media online beberapa waktu lalu atau mungkin bahkan sampai saat ini. Seorang wanita bernama Sonya Depari menjadi bahan untuk di-bully oleh netizen beramai-ramai secara online karena kesalahan yang dibuatnya. Dalam sebuah video yang diunggah ke youtube.com, Sonya terlihat sedang mengancam seorang Polwan yang menilangnya. Dalam video tersebut juga sebenarnya terlihat bahwa Polwan ini mengisyaratkan pada Sonya untuk tenang dan berhenti berteriak marah-marah. Mungkin Polwan ini sudah melihat keberadaan kamera dan mengisyaratkan pada Sonya untuk diam dengan maksud agar kejadian ini tidak terekspos publik. Sonya terlihat langsung menghentikan teriakannya namun terus dikejar dengan pertanyaan oleh sang kameramen. Video hasil pengambilan gambar oleh sang kameramen pun akhirnya berhasil dipublikasikan online dan mendapat tanggapan yang sangat banyak oleh masyarakat. Respon masyarakat pun hampir seluruhnya hadir dengan menjadikan Sonya sebagai bahan bully.Â
Sebenarnya ini adalah hal yang terlihat biasa saja dan mungkin tidak akan mempengaruhi pandangan anda sebagai masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun, lain cerita jika hal ini berujung pada kematian. Ayah Sonya kemudian meninggal dunia setelah beberapa waktu sebelumnya Sonya ngetop sebagai bahan bully di internet. Hal ini bahkan tidak lantas membuat netizen berhenti mem-bully Sonya. Publik yang kritis memang menunjukkan bahwa masyarakat sangat tanggap dan paling tidak sudah mengerti banyak hal. Ini adalah satu hal positif yang menjadi poin plusnya. Hal negatif yang terlihat di sini juga adalah kejadian ini menghadirkan pertanyaan, apakah netizen Indonesia benar-benar mau menutup mata atas meninggalnya ayah Sonya? apakah mem-bully dengan menggunakan anggapan kritis sebagai tameng lebih penting dari nyawa seseorang?
Masyarakat yang haus akan berita dan tamak akan pujian akan selalu menggunakan berbagai celah untuk menunjukkan kepintarannya dihadapan semua orang. Media online merupakan salah satu wadah salah satunya untuk menunjukkan kepintaran dalam berkata-kata di hadapan publik secara instan. Saya rasa ini adalah salah satu hal yang menjadi pemicu kenapa netizen menjadi beringas dalam berkomentar dan seakan tidak memiliki rasa kepedulian terhadap orang lain. yah..,, mau gimana lagi? toh ini juga tidak tergolong dalam tindak kriminal. Lagian Indonesia juga menjamin kebebasan tiap orang untuk mengeluarkan pendapat dan inilah yang dilakukan netizen termasuk saya, berbicara dan mengeluarkan pendapat. Karena keadaannya seperti ini, maka hanya kesadaran masing-masing individu yang bisa merubah keadaan buruk yang tengah terjadi.
Tindakan Sonya yang dikecam publik ini merupakan tindakan yang menurut saya masih tergolong dalam kenakalan remaja. Berita ini pun hanya untung-untungan bisa menjadi konsumsi publik karena kebetulan ada yang mengabadikan kejadian ini dalam sebuah video. Lagipula masih banyak hal lain yang jauh lebih buruk daripada tindakan Sonya dan sampai saat ini masih sering dilakukan oleh remaja Indonesia. Masih banyak hal lain yang lebih layak untuk dijadikan sebagai bahan bully dan ejekan di dunia maya. Namun, kita tidak menyangkal bahwa kejadian ini juga memberikan efek jera yang luar biasa pengaruhnya bagi Sonya. Kondisi labil di masa remaja juga akan memberi dampak luar biasa secara psikis, bahkan dampak ini bisa mengubah keadaan pribadinya secara psikis menjadi sangat parah jika tidak ditangani oleh orang-orang sekitarnya dengan cara yang tepat selagi masih dini. Saya rasa tindakan yang diambil oleh Friska Ulina Sembiring Depari merupakan salah satu tindakan untuk meredam pengaruh psikis yang mungkin dialami oleh Sonya akibat pemberitaan media secara online.
Tindakan netizen dalam memberi tanggapan memang terkadang sangat berlebihan. Hal tidak penting dan tidak layak menjadi berita pun malah diangkat untuk menjadi sebuah berita. Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah berita tentang komentar salah satu followers marshanda di akun instagramnya. Media pun mulai menyoroti kata-kata salah satu follower marshanda yang menyatakan "Fixed. Marshanda agama due. :')" menjadi sebuah berita. Memang hal ini menarik untuk dibicarakan dan bisa mendongkrak jumlah pengunjung media online dengan memanfaatkan rasa ingin tahu para pembaca, bahkan saya pun termasuk salah satu orang yang tertarik untuk membaca berita tersebut. Ternyata memang ini adalah salah satu trik yang cukup ampuh untuk mempopulerkan media online, tentu saja dengan membesar-besarkan masalah yang kecil menjadi hal menarik untuk dijadikan sebuah berita. Semoga saja berita kali ini tidak menyisakan korben seperti dalam kasus pemberitaan Sonya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H