Indonesia memiliki banyak sda, salah satunya dibidang pertambangan. Di Samarinda misalnya, ada bekas sumber tambang yang malah mengundang petaka dan lebih dari 10 org korbannya kebanyakan anak2. Namun pemerintah tidak menghirauknnya. Padahal bekas pertambangan itu pernah dibuka atas izin pemerintah. Begitupula di Papua, yang notabene sebagai tempat pertambangan emas terbesar, juga malah membuat daerah lain terabaikan dan menimbulkan korban jiwa kebanyakan korbannya pun anak2. Dimana mrk meninggal karena kurangnya pemenuhan kebutuhan hidup, sungguh ironis padahal jika saja pemasukan dari pertambangan yang sedang berjalan, pemasukannya dikelolasecara benar maka hal tersebuttidak akan terjadi. Dari contoh keadaan itu, jelas sekali pemerintah tidak perduli terhadap anak2 yang merupakan generasi penerus bangsa. Mereka lebih perduli pada segolongan orang dengan kepentingan pribadinya. Inilah bukti sistem demokrasi kapitalis yang gagal memperhatikan, perduli apalagi melindungi anak2. Kerakusan akan dunia telah menggelapkan para pemimpin yang hidup dalam sistem ini.Berbeda jika negara dijalankan dengan peraturan Islam. Dimana segala sda yg dimiliki akan menjadi sumber kesejahteraan rakyat. Karena akan dikelola sesuai dgn amanah yang diemban o/ pemimpin. Khalifah yang sebenarnya, amirul mu'minin yang sesungguhnya. Yang sadar arti sebuah tanggungjawab. Bahwa sda sepenuhnya hak rakyat dan tdk boleh dikuasai oleh perorangan atau perusahaan swasta. Maka dapatdipastikan anak2 akan terlindungi dan mendapatkan periayahan (pengayoman) yg layak oleh negara. dan Semua itu akan terwujud jika islam diterapkan secara kaffah dalam naungan khilafah 'ala minhaj an nubuwwah. Dari Abu Hurairah r.a berkata bahwa Nabi Muhammad s.a.w bersabda:
إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِه
“Sesungguhnya al-imam (negara)itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang mendukungnya dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Bukhari muslim)
Wallahua'lam bi ashshowab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H