Ramadan 1443 Hijriah usai sudah. Jika puasa dilakukan dengan keikhlasan dan penuh cinta maka puasa akan mampu membersihkan jiwa dari segala hawa nafsu yang kotor dan meningkatkan ketakwaan. Ketakwaan seseorang tidak cukup hanya ditandai oleh hal-hal yang bersifat individu tapi juga kemampuan menghargai hak orang lain, berempati dan bersimpati atas kekurangan yang dirasakan orang lain yang dikenal dengan kesalehan sosial.
Rupanya memang tidak terlalu mudah bagi makhluk bumi untuk mengejawantahkan praktik kesalehan sosial dibandingkan dengan melakukan ritual yang sifatnya personal. Karena kesalehan sosial bukan hanya berkaitan dengan diri sendiri tetapi juga orang lain, maka diperlukan kemulian hati dan jiwa untuk mengutamakan kepentingan orang lain.
Mengingat puasa bukan hanya memiliki hubungan vertikal saja tetapi juga horizontal, maka tidak heran jika orang berharap bulan Ramadan dijadikan momentum untuk meningkatkan kesalehan sosial karena hidup di dunia tidak bisa bersandar kepada ibadah ritual saja.
Kesalehan sosial merupakan pengejawantahan dari “kesadaran” manusia yang hanya dapat dicapai dengan menanamkan secara teguh bahwa hidup tidak sendiri, kehadiran orang lain di sekitar kita yang mungkin berbeda dalam berbagai hal harus dihargai.
Jika manusia tidak mampu membuka mata hati maka dapat dipastikan manusia tidak akan bisa membuka tabir dan ruang-ruang pribadi yang masih dibingkai dengan sikap egois dan tidak mampu menyentuh dunia luar. Karena kebajikan tidak bisa tumbuh sendiri tanpa ditanam, maka mulailah menanam kebajikan dan kemulian. Abaikan perbedaan pandangan, pilihan politik, suku, agama atau golongan. Jangan membuat pengkotakan “compartmentalization” yang seolah-olah di dunia ini hanya ada hitam putih. Fakta hidup justru menyatakan wilayah abu-abu lebih banyak dihuni.
Meskipun pengkotakan kadang sulit dihindari mengingat cara pandang manusia dibangun atas dasar sifat-sifat dominan dalam hidupnya, pengalaman hidup dan tata nilai yang melekat. Namun demikian pengkotakan yang tajam akan menyempitkan pandangan ruang kehidupan seseorang dan menyulitkan manusia untuk mencapai kesalehan sosial
Jadi, mari mencoba menggunakan mata hati dan "meminjam" mata Wali untuk memahami dan menghargai orang lain. Melihara baik sangka dan membuat asumsi bahwa semua manusia baik budi sesuai dengan fitrahnya akan memudahkan sayap mengepak mencapai langit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H