Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salam Palsu

18 November 2020   06:00 Diperbarui: 18 November 2020   06:05 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya terhenyak membaca takzim akhir editor Kompas.com  dalam newsletter@kompas.com “Salam palsu”.  Bumi pertiwi memang sedang dalam kondisi “gonjang-ganjing”. 

Banyak persoalan yang harus diselesaikan oleh pemerintah, terutama persoalan kepatuhan kepada hukum yang kerap masih tampak tajam ke bawah tumpul ke atas. Ditambah lagi serangan Covid-19 yang datang tiba–tiba dan ternyata pemerintah tak sigap, masyarakat tidak siap menerima kehadirannya.

Palsu dalam KBBI bermakna tidak tulen; tidak sah; lancung; tiruan; gadungan; curang; tidak jujur. Jika janji yang diucapkan tidak sesuai dengan tindakan yang dilakukan, maka janji itu menjadi janji palsu. “Kepalsuaan” dalam beragam aspek kehidupan tampak berjalan seiring dengan peradaban manusia. 

Oleh karena itu masyarakat pada umumnya hampir tidak menyadari bahwa yang dihadapi adalah kepalsuan karena sudah merasuk sukma.

Kerap kali sesuatu yang palsu digemari pula oleh banyak orang, bahkan membeli, menggunakan dan menjadi “pemuja fanatik” dengan kesadaran terhadap sesuatu yang diketahuinya memang palsu.

Ini sebuah contoh kepalsuaan yang membuat hati terasa miris. Pada saat Pemilu 2019, seorang anggota DPD terpilih digugat ke Mahkamah Konstitusi oleh pesaingnya yang kalah. Alasan gugatan tersebut karena anggota DPD terpilih menggunakan foto “palsu” yaitu foto diri yang sudah direkayasa menjadi cantik, kemudian dipasang di surat suara dan alat kampaye lain. Walhasil, masyarakat memilihnya karena kepalsuan foto tersebut.

Jika merujuk kepada KBBI tidak ada satupun makna kata palsu yang memiliki makna positif, kecuali “gigi palsu” sebutan untuk gigi tiruan. Semoga saja  takzim akhir “Salam palsu” bukan bermaksud  berpihak kepada  kepalsuan  seperti  layaknya  “Salam sayang”, “Salam rindu”, "Salam hormat" atau Salam sehat”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun