Mohon tunggu...
Irna Djajadiningrat
Irna Djajadiningrat Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Literasi

Sejatinya semua penghuni jagat raya memiliki derajat yang sama. Yang membedakan hanya budi baik atau buruk hati. https://bumiseniorcicibey.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"No One is Safe, Until Everyone is"

24 September 2020   14:00 Diperbarui: 24 September 2020   13:57 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

No One is Safe until Everyone is, dinyatakan Presiden Joko Widodo pada saat menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum ke-75 Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) kemarin, Rabu 23 September 2020. Kalimat tersebut meyerukan dunia agar bersatu padu, bekerja sama untuk berbagai masalah, terutama persoalan pandemi Covid-19.

No One is Safe until Everyone is, memiliki makna berlipat-ganda dibandingkan dengan sekadar makna permukaan kalimatnya. Ini bukan "sekadar" seruan untuk melawan pandemi Covid-19 saja tetapi atas nama perdamaian dunia.

No One is Safe until Everyone is,  pertalian dan persaingan memang jelas mewarnai kehidupan manusia. Kepentingan politik, ekonomi serta sosial budaya  dengan diwarnai keberpihakan membuat manusia menjadi satu atau terpecah belah. Karena manusia adalah mahluk sosial (Aristoteles), maka tidak ada mahluk di dunia yang mampu bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain seberapapun digdayanya ia. Menurunkan ego sektoral, mengutamakan kepentingan bersama di atas segala perbedaan menjadi kunci menuju jalan damai.

No One is Safe until Everyone is, tidak ada satu orangpun akan terbebas dari persoalan tanpa orang lain di sekitar kita terbebas pula dari persoalan. Masalah melanda menjadi siklus yang berputar mengelilingi hidup, tidak akan terputus mata rantainya sampai kapanpun juga, kecuali dimulai secara bersama oleh seluruh penghuni jagat raya.

Jelas setiap manusia, bangsa dan negara memiliki kepentingan dan cita-cita yang berbeda. Tetapi kesulitan dalam melangkah bersama kerap bukan karena sukarnya manusia, bangsa atau negara menembus ranah gagasan di luar konteks kebenaran versi masing-masing, melainkan karena penghakiman atas nama kebenaran mutlak dari sudut pandang sendiri. Padahal, bumi tempat manusia berpijak tidak berbatas. Maka yang harus berlaku di ruang publik adalah konsep kebenaran bersama.

Sejatinya hanya malam dan siang yang tidak mungkin bisa bersatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun