Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Sterilisasi Jalur Transjakarta (Lagi)

15 Juni 2016   14:48 Diperbarui: 15 Juni 2016   14:58 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiga kata ini belakangan kembali santer terdengar setelah sekian lama 'hibernasi'. Ketika pertama kali Transjakarta beroperasi di Jakarta tahun 2004, sebagai salah satu jawaban untuk mengatasi kemacetan, berbagai pro dan kontra muncul di sana-sini. Termasuk respon terhadap rencana sterilisasi jalur Transjakarta dari kendaraan pribadi dan kendaraan umum lainnya. Banyak masyarakat yang mengeluh bahwa sterilisasi hanya akan memperparah kemacetan karena itu berarti luas jalan raya yang bisa dilewati semakin sempit. Tindak tegas terhadap para penerobos jalur Transjakarta awalnya cukup ketat, namun lama kelamaan para penindak tampak kelihatan jenuh, hingga akhirnya para penerobos itu dibiarkan berseliweran dengan nyaman di jalur busway. Terutama ketika jalan dalam keadaan macet parah saat rush hour (jam sibuk).

Bukan hanya motor yang paling hobi menerobos jalur ini, tapi kendaraan roda empat atau lebih pun kadang nekat menerobos demi menembus neraka kemacetan. Bahkan bukan hanya yang berplat hitam dan kuning, tapi juga plat merah. Jangankan menerobos jalur busway, menerobos pintu palang kereta api saja masih banyak yang berani. Apakah sebegitu tidak sabarnya masyarakat kita ini? Memang kemacetan di Jakarta ini bagaikan penyakit kanker stadium 4, yang makin lama makin parah dan tampak tidak bakalan sembuh. Namun apakah dengan menerobos jalur khusus ini, para pengendara akan terbebas dari macet? Saya rasa tidak, karena biasanya para penerobos itu akhirnya akan 'mandek' juga ketika di depannya ada bus yang sedang antri menaikkan / menurunkan penumpang. Bahkan di saat seperti itu, mereka masih sering membunyikan klakson keras-keras supaya bus di depannya segera jalan. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala, sudah menggunakan jalur yang salah, minta cepat pula. 

Saya rasa, sedikit banyak kita harus menghargai pemerintah yang sudah berusaha mencarikan solusi untuk mengatasi kemacetan Jakarta dengan mengadaptasi model transportasi ala Kolombia ini. Toh juga ini untuk kepentingan masyarakat juga supaya mereka yang bekerja / sekolah dan tidak mempunyai kendaraan pribadi bisa tetap sampai di tempat tujuan tepat waktu.

Menerobos jalur busway bukannya tidak beresiko sama sekali. Sebagai pengguna Transjakarta, saya sering dibuat kesal bahkan dag dig dug ketika tiba-tiba bus rem mendadak karena ada pengendara motor yang tiba-tiba 'nyelonong' dari samping, masuk ke jalur busway. Ibarat berjudi namun dengan taruhan nyawa. Entah sudah berapa banyak kasus kecelakaan motor dan mobil akibat tertabrak bus Transjakarta, di jalur Transjakarta. Bus Transjakarta pada dasarnya hampir sama dengan kereta api, yang tidak bisa rem mendadak begitu saja langsung berhenti. Jadi ketika ada bus yang sedang melaju, tiba-tiba ada motor atau mobil yang nyelonong, tentu perlu usaha keras bagi si pengemudi untuk menghentikan bus nya. Dan hal itu juga berbahaya bagi penumpang di dalam bus. Kalau sudah begini, siapa yang rugi? Tentu kita-kita juga.

Dan setelah hibernasi seperti yang saya katakan sebelumnya, kini sterilisasi jalur busway kembali didengungkan dan dipertegas. Sanksi berupa denda maksimum sebesar lima ratus ribu rupiah siap dijatuhkan kepada para penegendara yang menerobos jalur busway. Memang dari sekian banyak koridor, hanya koridor-koridor tertentu saja yang benar-benar steril. Beberapa hari ini, saya sering melihat puluhan motor yang menerobos jalur busway dihentikan oleh aparat untuk ditindak. Separator pun kian ditinggikan supaya tidak ada kendaraan yang sembarangan masuk. Saya pribadi mendukung program sterilisasi ini. Namun sampai kapan para aparat itu harus berjaga di sepanjang jalur busway? Tentu tetap dibutuhkan kesadaran tinggi dari masyarakat sendiri untuk mendukung pemerintah dalam usaha mengurangi kemacetan. Dengan cara apa? Tentu dengan naik bus nya, bukan masuk ke jalurnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun