Kasus dugaan pembunuhan Kim Jong Nam Senin lalu, membuat perhatian saya agak tersedot. Bagaimana tidak, Kim Jong Nam adalah kakak tiri dari pemimpin Korea Utara saat ini yakni Kim Jong Un dan Korea Utara merupakan salah satu negara yang paling misterius yang saya tahu.
Namun dalam artikel ini saya tidak ingin membahas kasus dugaan pembunuhan ini dari sisi hukum apalagi diplomatik. Yang membuat saya sangat tertarik adalah zat apa yang bisa menewaskan Kim Jong Nam begitu cepat, padahal tidak disuntikkan ke dalam tubuh.
Dari rekaman-rekaman CCTV yang beredar di media-media elektronik, Kim Jong Nam tampak disemprotkan sesuatu ke arah wajahnya. Dan tak lama kemudian, ia tampak mendatangi petugas bandara Kuala Lumpur untuk meminta pertolongan sebelum akhirnya dibawa ke klinik bandara. Dan setelah itu, diberitakan bahwa Kim Jong Nam tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.
Meskipun belum ada hasil resmi penyebab kematian Kim Jong Nam, tapi berdasarkan pemberitaan yang banyak beredar saat ini, Kim Jong Nam diduga tewas karena racun yang disemprotkan ke wajahnya, yaitu Tetrodotoksin.
Tetrodoktsin / Tetrodotoxin (TTX) merupakan racun saraf (neurotoksin) yang berasal dari Ikan Fugu atau Ikan Buntal dan keluarga Tetraodontidae lainnya. Meskipun ikan ini sangat mematikan karena racun yang dimilikinya, namun di Jepang ikan ini juga dihidangkan sebagai makanan. Oleh sebab itu, hanya koki yang sangat terlatih dan berlisensi dari pemerintah yang bisa dan boleh menyajikan ikan ini sebagai makanan, karena racun biasanya terdapat pada bagian hati, ginjal dan terkadang kulitnya.Â
Pelatihan yang harus diikuti koki antara lain tes tertulis dan tes praktik yang meliputi identifikasi jenis ikan, penyiapan dan cara memakannya, Wow! Selain Ikan Fugu, Tetrodotoksin juga bisa ditemukan pada spesies siput, kepiting, kulit katak beracun, Ikan Landak, Ikan Balon dan beberapa spesies Salamander.
Tetrodotoksin merupakan racun yang sangat mematikan selain Arsen dan Sianida. Tetrodotoksin murni dengan dosis 1-2 mg/kg BB sudah mampu menyebabkan kematian bagi orang yang terpapar. Jadi jika berat badan seseorang 50 Kg, maka dosis letal (dosis yang menyebabkan kematian) Tetrodotoksin adalah 100 mg. Bandingkan dengan dosis letal Sianida dan Arsen bisa mencapai 200 mg. Ini berarti Tetrodotoksin lebih berbahaya dibandingkan Sianida dan Arsen, yang juga sering digunakan dalam modus pembunuhan.
Sifat dari Tetrodotoksin adalah stabil dalam suhu panas dan mudah larut dalam air. Tetrodotoksin bekerja dengan cara menghambat difusi / aliran ion Natrium sehingga sel saraf tidak dapat menghantarkan aliran listrik. Dan jika tidak ada aliran listrik antar sel saraf, maka otot pun tidak dapat bekerja, termasuk otot-otot yang bergerak dibawah kesadaran (seperti otot kaki dan tangan) maupun otot yang bergerak tidak di bawah kesadaran (seperti otot jantung, otot saluran cerna dan pernafasan). Dan kelumpuhan otot ini akan menyebabkan kematian ketika racun mencapai jantung dan saluran pernafasan.Â
Waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian cukup cepat, yakni paling cepat 30 menit setelah terhirup atau tersuntik ke dalam darah dan paling cepat 4-6 jam setelah tertelan.
Beberapa gejala yang dialami orang yang terpapar Tetrodotoksin antara lain rasa kesemutan dan nyeri pada bagian tubuh yang terpapar hingga pada seluruh tubuh, berkeringat, lemah dan lesu, sakit kepala, sulit berbicara, tremor hingga kejang dan kelumpuhan beberapa bagian tubuh, dan akhirnya kematian karena kesulitan bernafas atau gagal jantung.Â
Sayangnya, hingga kini belum ada antidot/penawar racun Tetrodotoksin. Namun untuk penanganan darurat pada pasien yang keracunan setelah menelan makanan, pasien bisa diberikan Charcoal dan alat bantu nafas hingga efek racun hilang. Charcoal berfungsi untuk mencegah penyerapan racun dari perut ke dalam tubuh.