Sejak film seri terakhir Harry Potter dirilis di tahun 2011, para penggemar novel karangan J.K. Rowling akhirnya tampak 'mengikhlaskan' berakhirnya cerita bertema sihir dan fantasi yang terkenal hampir di suluruh belahan dunia ini. Meski begitu, untuk menjawab kebutuhan para pembaca yang kelihatan masih penasaran dengan dunia Harry Potter, J.K. Rowling akhirnya kembali menerbitkan beberapa buku yang menceritakan tentang dunia Harry Potter.Â
Dan tahun ini, para penggemar novel spektakuler Harry Potter kembali disuguhkan sebuah film bertema sihir-sihiran ala J.K. Rowling: Fantastic Beasts and Where to Find Them. Meskipun sama sekali tidak menceritakan kisah tentang Harry Potter dan dua sahabatnya, tapi film ini cukup menjawab kerinduan bagi penikmat Harry Potter dan dunia sihirnya yang penuh imajinasi.

Ia berpendapat bahwa hewan-hewan tersebut seharusnya dilindungi, bukannya ditakuti dan dimusnahkan. Ia datang jauh-jauh ke New York untuk mengembalikan seekor hewan bernama Thunderbird yang bisa menciptakan petir dari kepakan sayapnya, ke habitatnya di Arizona.Â
Namun usahanya tidak berjalan mulus ketika beberapa hewan yang ia bawa di dalam koper yang sudah disihir sehingga bisa menampung berbagai jenis hewan magis sesuai dengan habitatnya, lepas dan membuat kekacauan di New York. Hal ini membawa Mr. Scamander bertemu dengan dua orang penyihir New York dan seorang No-Maj (istilah untuk Muggle / Non-penyihir di Amerika).Â
Pada akhirnya mereka saling membantu untuk menemukan hewan-hewan yang hilang itu karena memiliki hewan magis di Amerika termasuk dalam pelanggaran hukum sihir.
Meskipun film ini memiliki durasi yang cukup panjang yakni 132 menit, rasa-rasanya tidak membuat penonton bosan. Alur cerita cukup cepat namun tetap jelas ditambah beberapa adegan lucu tentang seekor hewan jenis Niffler yang suka mencuri benda-benda mengkilat dan bercahaya. Sang sutradara David Yates mengemas setiap adegan sedemikian rupa ditambah detail setting New York di tahun duapuluhan atau 70 tahun sebelum Harry Potter ada, membuat film ini terasa old school tapi tetap penuh imajinasi.Â
Para aktor dan aktris yang terlibat juga sangat cocok dalam memainkan peran mereka. Sebut saja Eddie Redmayne, Dan Fogler, Fine Frenzy, Katherine Waterstone hingga Johnny Depp yang muncul di akhir cerita. Mereka tampak begitu pas ketika memainkan adegan demi adegan yang saya yakin menggunakan banyak special effect. Dan berhubung film ini juga diputar di teater IMAX 3D, sensasi menontonnya juga terasa lebih nyata.
Untuk para penikmat film fantasi, terutama bagi para penggemar Harry Potter seperti saya, film ini sangat direkomendasikan untuk ditonton. Ceritanya yang tidak terlalu 'berat' dan penuh imajinasi ini, cukup untuk me-refresh otak yang penat. Dan karena ceritanya juga tidak ada sangkut pautnya dengan ketujuh seri Harry Potter, para penonton yang belum membaca bukunya atau bahkan sama sekali bukan penggemar Harry Potter, tetap bisa menontonnya tanpa merasa bingung. Selamat menonton!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI