Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pendar-pendar Cantik Kaca Patri Lawang Sewu

6 November 2021   07:00 Diperbarui: 11 November 2021   16:15 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interior salah satu sudut bangunan Lawang Sewu (Dokumentasi pribadi)

Siapa yang tidak kenal dengan Lawang Sewu? Bangunan megah yang menjadi ikon kota Semarang ini selalu memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang baru pertama kali mengunjungi kota Semarang. Pokoknya belum ke Semarang kalau belum menginjakkan kaki di Lawang Sewu!

Secara harfiah, Lawang Sewu berarti 'Seribu Pintu'. Hal ini karena bangunan yang dulunya merupakan kantor pusat kereta api swasta bernama Hoodfdkantoor van de Nerderlandisch-Indische Spoorweg Maatsschappij (NIS) pada zaman kolonial Belanda.

Ini memiliki banyak daun pintu dan jendela yang berukuran besar. Walaupun jumlahnya tidak benar-benar seribu. Yah males juga sih kalau ngitungin jumlahnya. Hihihi...

Dibangun oleh seorang arsitek Belanda bernama G.C Citroen pada tahun 1904, Lawang Sewu berdiri di Bundaran Tugu Muda (yang dulunya bernama Wilhelminaplein). 

Sangat eye catching dengan pilar-pilarnya yang besar khas bangunan era kolonial dan dua buah menara dengan kubah berwarna kemerahan. Kekontrasannya dengan bagunan lain yang lebih modern di sekelilingnya justru membuat Lawang Sewu tampak cantik.

Kaca Patri Lawang Sewu (Dokumentasi pribadi)
Kaca Patri Lawang Sewu (Dokumentasi pribadi)

Makna Lukisan Kaca Patri di Lawang Sewu

Tak hanya keindahan dan kekokohan bangunannya, kalau kita menjelajahi bagian dalam Lawang Sewu, jangan lupa berhenti sejenak untuk mengagumi keindahan kaca patrinya yang tersohor itu.

Kaca Patri Lawang Sewu didesain dan dibuat oleh Johannes Lurens Schouten. Ia dan sang arsitek Lawang Sewu, Prof. Jacob F. Klinkhamer, memiliki relasi pertemanan dan sama-sama berasal dari Delft.

Jika diperhatikan, lukisan kaca patri ini terdiri dari 4 bagian yang saling terkait dan didominasi warna hijau, biru, dan kuning.

Pada bagian sebelah kiri atas, terdapat motif dedaunan yang melambangkan kemakmuran Pulau Jawa dan keindahan alamnya yang kaya dengan flora dan fauna yang beraneka ragam. 

Kekayaan alam Indonesia terutama rempah-rempahnya diangkut menggunakan kereta api menuju kota-kota pelabuhan besar seperti Semarang dan Batavia.

Kemudian pada bagian kanan atas, terdapat motif yang menggambarkan keadaan kota Semarang dan Batavia pada saat itu. Pada masa penjajahan, Belanda menerapkan prinsip Gold (mencari kekayaan), Glory (mencari kejayaan), dan Gospel (menyebarkan agama).

Sementara itu pada bagian tengah atas, lukisan kaca patri menggambarkan kota Semarang dan Batavia sebagai kota pelabuhan besar yang merupakan pintu masuk utama untuk aktivitas maritim bagi kesejahteraan kota Amsterdam.

Sedangkan pada bagian tengah bawah, lukisan kaca patri menggambarkan dua orang wanita yang merupakan sosok Dewi Venus dan Dewi Fortuna. 

Dewi Venus melambangkan wanita cantik yang penuh rasa cinta dan kasih sayang, sedangkan Dewi Fortuna melambangkan sosok yang memberikan keberuntungan. Kedua figur dewi tersebut dilambangkan memiliki ikatan kepada bumi pertiwi untuk memberikan kejayaan kereta api.

Jika diperhatikan, Lukisan Kaca Patri terletak pada sudut bagian dalam bangunan dan berada pada setengah lantai dari lobi penerimaan menuju lantai dua. 

Sudut 45 derajat yang menghadap ke timur membuat kaca-kaca patri seakan menghasilkan warna-warni yang indah ketika tertimpa sinar matahari. Super cantik pokoknya!

Interior salah satu sudut bangunan Lawang Sewu (Dokumentasi pribadi)
Interior salah satu sudut bangunan Lawang Sewu (Dokumentasi pribadi)

Meski demikian, Lawang Sewu ini juga terkenal dengan reputasi mistisnya. Banyak yang sengaja datang ke tempat ini di malam hari untuk uji nyali. Tapi dengar-dengar kunjungan di malam hari sudah dibatasi izinnya untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Terlepas dari kisah-kisah mistis yang menyertainya, kini Lawang Sewu sudah menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal dan mancanegara. Saat ini Lawang Sewu dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dan dijadikan sebagai Museum Kereta Api. 

Oleh sebab itu, di tempat ini kita juga bisa melihat dan mengamati sejarah perkeretaapian di Indonesia sejak zaman dahulu melalui berbagai macam foto dan benda-benda bersejarah lainnya.

Hanya dengan biaya yang sangat terjangkau, kita sudah bisa menikmati keindahan Lawang Sewu beserta seluruh kisah bersejarahnya sampai puas. 

Usai berkeliling, singgahlah sebentar di kios camilan di tengah halaman untuk menikmati es teh manis dan penganan tradisional sambil ditemani pertunjukan musik tradisional. Kalau jadwal performance-nya pas yah. Hihihi..

So, kalau pembaca sekalian akan berkunjung ke sana, jangan cuma penasaran sama jumlah daun pintu dan jendelanya saja. Nikmati juga indahnya pendar warna-warni dari lukisan Kaca Patrinya yang legendaris.

Referensi: J.D. Emmanuella

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun