Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku, Belajar, dan Berbagi, Tiga Hal yang Kupelajari dari Mamak

2 Desember 2020   10:41 Diperbarui: 2 Desember 2020   10:49 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Lambat laun saya pun mulai berpikir, bagaimana rasanya kalau punya buku yang saya tulis sendiri. Dan dari situlah saya mulai mencoba dan belajar menulis. Sampai sekarang. Dan semoga keinginan saya untuk menerbitkan buku bisa terwujud ya!

Jangan pernah berhenti belajar

Hal kedua yang saya pelajari dari Mamak adalah rajin sekolah dan jangan pernah berhenti belajar. Saya ingat betul kalau sudah urusan sekolah, Mamak tidak pernah tanggung-tanggung. Sejalan dengan ungkapan Batak yang terkenal, "Anakkonhi do hamoraon di au" yang artinya kurang lebih "Anakkulah kebanggaanku", Mamak dan Bapak selalu mengutamakan pendidikan anak-anaknya. Sesulit apapun kondisi keuangan keluarga kami saat itu, Mamak selalu menomorsatukan sekolah.

Oleh sebab itu, sedapat mungkin saya dan adik saya dilarang tidak masuk sekolah. Biar hujan dan banjir menghadang, selama operasional sekolah berjalan, kami tetap harus sekolah. Bagaimana kalau kami sakit? Pokoknya selama kami masih bisa bangun dari tempat tidur, berarti kami bisa berangkat sekolah. Keras memang, tapi itulah cara Mamak menempa kami supaya tidak manja.

Kalau kebetulan saya menemui hambatan, Mamak selalu memberi semangat. Pokoknya jangan pernah berhenti belajar. Dan saya mencontoh semangat Mamak untuk terus belajar, karena dalam belajar tidak ada kata terlambat.

Kalau saya tidak salah ingat, ketika saya masih duduk di bangku SD, Mamak yang saat itu bekerja sebagai seorang perawat di sebuah rumah sakit swasta, mengambil sekolah Kebidanan supaya bisa membuka praktik di rumah. Jadi meskipun sudah memiliki anak, tidak menyurutkan semangat Mamak untuk sekolah lagi.

Jadi, semangat inilah yang saya contoh hingga sekarang. Saya selalu mengingat betapa kerasnya usaha Mamak dan Bapak dalam menyekolahkan saya dan adik saya, sehingga kami juga selalu serius saat sekolah hingga lulus pendidikan tinggi. Sampai sekarang pun, saya masih terus belajar meskipun bukan menempuh sekolah formal. Tidak menutup kemungkinan jika semesta mengizinkan, saya masih ingin menempuh pendidikan pasca sarjana.

Berbagi & membantu orang lain semampunya

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, Mamak tipikal orang yang mudah tersentuh. Karena itu, Mamak seringkali tidak bisa menahan diri ketika ada orang yang minta bantuan padanya. Saya ingat betul, beberapa pasien Mamak adalah orang kurang mampu. Mamak tidak keberatan jika biayanya dibayarkan dengan cara dicicil atau bahkan mengurangi biaya persalinan.

Dan sebagai seorang tenaga kesehatan, Mamak juga aktif menyumbangkan tenaganya dalam program pelayanan kesehatan di gereja. Targetnya adalah masyarakat sekitar yang kurang mampu (saat itu, program BPJS belum berjalan sepenuhnya). Tidak ada imbalan khusus yang didapat, namun hanya ucapan terima kasih dari para pasien dan box makan siang yang disediakan pengurus. Tapi semua itu dijalaninya dengan senang hati.

Satu hal yang terus saya ingat dan pelajari dari Mamak adalah, sedapat mungkin kita harus berbagi dan membantu orang lain yang kesusahan. Tentunya semampu kita. Mamak selalu bilang, kalau kita sering berbagi dan membantu orang lain yang kesusahan, banyak berkat yang akan kita peroleh. Well, motivasinya bukan untuk mengharapkan imbalan loh ya. Tapi bagaimana supaya kita tidak hidup egois dan mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun kita adalah makhluk sosial yang perlu hidup berdampingan. Salah satu caranya ya berbagi dan membantu orang lain. Bentuknya juga macam-macam dan tidak harus besar. Bantuan sekecil apapun pasti bisa meringankan beban orang lain. Misal memberi sedekah, meminjamkan uang, membeli dagangan keluarga atau teman, menjadi pendengar yang baik, memberi nasihat, dan lain sebagainya. Tapi pastinya harus disesuaikan dengan kemampuan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun