Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Jangan Berolahraga karena Tren Semata

28 Juni 2020   16:32 Diperbarui: 8 April 2021   09:40 1540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
olahraga bersepeda yang akhir-akhir ini menjadi tren. | Ilustrasi: Brian Barnhart | www.bicycling.com

Sejak pertama kali diberlakukannya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) selama pandemi Covid-19 dimana ketika semua orang diharuskan untuk mengkarantina diri di rumah (kecuali bekerja dan hal penting lainnya), saya tidak pernah lagi pergi ke Kebun Raya Bogor di akhir minggu untuk berolahraga.

Tapi pagi ini setelah sekian lama tidak berolahraga di luar ruangan, akhirnya saya memutuskan untuk morning walk alias jalan pagi ke kompleks Kebun Raya Bogor, sekalian melihat situasi dan kondisi terkini di sana karena PSBB sudah dilonggarkan. Loh, gak takut kena virus?

Saya sempat lihat pemberitaan di media online, bahwa ketika jalan Sudirman di Jakarta kembali dibuka untuk CFD (Car Free Day), jalan tersebut langsung dipenuhi banyak orang sehingga kelihatannya himbauan untuk tetap social distancing dan physical distancing jadi terabaikan. 

Hal ini menimbulkan banyak kritikan, "Kenapa sih olahraga aja harus jauh-jauh ke jalan Sudirman yang rame begitu? Itu mah sama aja akan meningkatkan kasus positif Covid-19 lagi". Bahkan singkatan CFD sempat diplesetkan menjadi Corona Free Day, saking banyaknya kerumunan di jalan protokol tersebut.

Well, tanpa bermaksud memihak, menurut saya sah-sah saja berolahraga di luar, yang penting tetap menerapkan 'jaga jarak aman' dan memakai masker bila perlu.

Tapi kalau olahraganya banyak melibatkan gerakan kardio seperti naik sepeda dan jogging, sebaiknya tidak menggunakan masker. Saat berolahraga kardio, tubuh kita akan menghasilkan CO2 (karbon dioksida) lebih banyak. Dan ini akan membahayakan seseorang jika ia menggunakan masker karena menghalangi pertukaran udara.

Selama saya jalan pagi di Kebun Raya pagi ini, saya pun menerapkan hal yang sama, yakni jaga jarak aman. Namun apa yang saya lihat pagi ini betul-betul membuat saya heran. Jumlah pesepeda ternyata lebih banyak dari biasanya.

Yah, meskipun tidak sampai mengalahkan jumlah yang jogging atau jalan kaki. Bahkan saya melihat di beberapa titik jalur khusus sepeda, tampak terjadi kemacetan karena antrean atau karena berpapasan dengan yang jalan kaki.

Aktivitas bersepeda kembali menjadi tren setelah diberlakukannya New Normal. Berawal dari larangan berboncengan dengan kendaraan motor saat PSBB lalu, banyak orang yang mulai beralih menggunakan sepeda sebagai transportasi. Penjualan sepeda pun meningkat pesat.

Orang-orang mulai membeli sepeda dengan berbagai macam tipe. Mulai yang biasa-biasa saja sampai yang didukung berbagai fitur modern seperti gear (gigi), ban antislip, dan lainnya. Mulai dari yang seharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Mulai dari sepeda biasa hingga sepeda lipat.

Dan tidak hanya sepeda, perlengkapannya pun tak kalah laku. Helm, pelindung siku dan lutut, manset, sepatu, kacamata dan lainnya. Barang-barang tersebut mendadak jadi banyak jenisnya karena ada banyak demand (permintaan) pembeli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun