Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Trik Beradaptasi di Kantor Baru untuk Introvert

31 Januari 2019   09:00 Diperbarui: 31 Januari 2019   17:14 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: aol.com/getty images

Berhubung saya baru saja resign dari kantor lama untuk bekerja di kantor yang baru, kali ini saya mau berbagi sedikit tentang apa yang saya alami di tempat yang baru setelah kurang lebih satu bulan bekerja. Ya, apalagi kalau bukan soal adaptasi di lingkungan kerja yang baru. Terus, masalahnya apa? Yang namanya pindah ke lingkungan baru baik itu tempat kerja maupun tempat tinggal, pastinya adaptasi adalah suatu proses yang harus kita hadapi.

Boleh dibilang proses adaptasi itu susah-susah gampang. Namun banyak juga orang yang merasa adaptasi bukan menjadi sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi bagaimana jadinya kalau si subjek adalah orang yang memiliki kepribadian introvert? Pastinya akan merasa harap-harap cemas macam saya ini.

Pada saat saya berada dalam masa-masa mengambil keputusan untuk pindah kerja, selain offering dari perusahaan baru dan benefit lainnya, masalah adaptasi jadi salah satu faktor yang cukup menyita pikiran saya selama hampir seminggu.

Sebagai orang yang memiliki kepribadian introvert, adaptasi bisa menjadi masalah yang cukup serius karena biasanya orang-orang introvert lumayan sulit untuk terbuka dan bersosialisasi dengan orang-orang yang baru dikenal. 

Apalagi kalau dia juga memiliki kesulitan untuk mengingat nama dan wajah orang asing (lagi-lagi seperti saya). Belum lagi, orang-orang introvert cenderung menyimpan perasaan dan merasa lebih nyaman saat sendirian dibandingkan berada di tengah-tengah keramaian karena mereka juga tidak terlalu suka berbasa-basi.

Bayangan saya bahwa akan menemui banyak orang baru dengan berbagai kepribadian, membuat saya sempat ragu. Apakah saya harus tetap maju demi perkembangan diri atau tetap di zona nyaman yang nyatanya kadang bisa membuat saya hipertensi?

Banyak orang bilang (terutama para motivator), supaya kita bisa berkembang atau meningkatkan potensi diri dan karir, kita harus berani keluar dari zona nyaman, karena zona nyaman hanya membuat diri kita jalan di tempat. Kita memerlukan tantangan baru untuk memecut kita supaya bisa mengeluarkan potensi lain yang kita miliki.

Jujur saya kurang sependapat karena setiap orang tentu memiliki kondisinya masing-masing. Menurut saya tidak ada salahnya juga ketika seseorang lebih memilih comfort zone daripada pindah ke lingkungan baru. Semua tergantung pilihan masing-masing dan saya pun akhirnya dihadapkan pada pilihan itu.

Namun pada akhirnya, saya memilih untuk meninggalkan zona nyaman saya di kantor tempat saya bekerja selama 5 tahun 8 bulan, demi tiga hal. 

Pertama, offering yang lebih tinggi (tentunya karena tuntutan ekonomi saya juga semakin meningkat). Kedua, adanya peluang bagi saya untuk mengembangkan potensi dan kompetensi sebagai farmasis (karena saya akan menekuni bidang yang lumayan baru meski harus mulai lagi dari nol), dan ketiga yang tak kalah penting adalah bisa keluar dari suasana kerja yang sudah mulai terasa tidak sehat.

Dan dengan demikian, kekhawatiran saya untuk menghadapi proses adaptasi yang mungkin akan saya lalui dengan susah-susah gampang, harus saya kesampingkan.

There is always the first time for everything.

Kalimat itulah yang selalu saya rapalkan dalam hati ketika pikiran saya mulai berjalan sendiri dan memenuhi otak saya dengan kekhawatiran.

Selama kurang lebih dua minggu masa tenang (karena kebetulan waktu kepindahan saya bertepatan dengan libur akhir tahun dari kantor yang lama), semakin hari saya justru malah semakin khawatir.

Apakah saya akan bisa beradaptasi dengan orang-orang di kantor baru? Apakah saya bisa beradaptasi dengan jobdesc yang baru? Dan apakah saya bisa beradapatasi dengan atasan langsung saya? Karena meskipun seorang introvert lebih suka sendiri, yang namanya bekerja pasti akan berhubungan dengan orang lain.

Fakta bahwa di kantor baru nanti saya tidak memiliki tim sendiri alias single fighter, semakin membuat saya khawatir. Tentunya orang-orang yang bisa saya tanyai tentang segala sesuatu yang terkait dengan jobdesc saya pasti terbatas. 

Tidak ada rekan selevel dengan jobdesc yang sama yang bisa saya ajak untuk bertukar pikuran ketika saya bingung (kebalikan dari kantor lama).

Tapi balik lagi dengan kalimat sakti tadi, selalu ada saat pertama kali untuk segalanya. Dan ini adalah pertama kalinya saya mengalami pindah kerja. Toh nantinya saya juga akan terbiasa. 

Jadi tugas saya sekarang adalah berusaha menjalani saat-saat pertama ini dengan sebaik mungkin. Sama seperti yang waktu saya alami dulu saat pertama kali bekerja. 

Dan hal lain yang saya jadikan motivasi adalah fakta bahwa saya sudah memiliki pengalaman kerja, at least memiliki sedikit bayangan tentang apa yang harus saya kerjakan nanti. Ibaratnya gak polos-polos amat gitu. Dan saya mensyukuri hal itu.

Jadi buat pembaca sekalian yang mungkin akan atau sedang merasakan apa yang saya alami, berikut beberapa tips (sesuai pengalaman saya) yang bisa dicoba saat beradaptasi di tempat kerja yang baru.

Datang lebih pagi

Dengan datang lebih pagi, kita jadi punya waktu untuk menenangkan dan mempersiapkan diri menghadapi rekan-rekan baru yang akan tiba. Waktu ini juga bisa gunakan untuk mengenali medan kerja. Mulai dari ruangan/letak kubikel-kubikel rekan kerja, pantry, hingga toilet.

Kenali budaya kerja

Di masa-masa awal bekerja, kita tidak perlu terburu-buru untuk bersikap terbuka. Jadilah observer dan amati budaya kerja di sana. Ini termasuk suasana kerja, hubungan antar karyawan selevel, hubungan dengan atasan, bahkan dengan Office Boy hingga security. 

Amati ketertarikan rekan kerja misalnya topik pembicaraan mereka di waktu senggang. Dengan begitu, kita jadi punya bahan untuk membuka obrolan atau mengikuti obrolan mereka.

Mencoba membuka diri

Saya paham bahwa ini lumayan sulit bagi seorang introvert. Tapi mau tak mau kita harus mencoba. At least mulailah dengan orang yang membuat kita nyaman untuk bicara. 

Tapi saya sarankan tidak perlu juga sampai terlalu membuka diri (walaupun saya yakin Introvert tidak ada yang melakukan hal ini) karena kita belum kenal betul dengan sifat-sifat orang yang baru kita kenal.

Atur meja kerja

Mungkin ini tidak ada hubungannya. Tapi dengan membuat kursi dan meja kerja kita senyaman mungkin, akan membantu kita untuk relax saat gugup melanda. Mungkin bisa diletakkan foto dengan sahabat atau keluarga saat liburan atau pot bunga kecil atau apapun yang membuat meja kita tampak berwarna.

Senyum, sapa, dan jangan malu bertanya

Harusnya sih 3S ya (senyum, sapa, salam). Tapi kan tidak mungkin juga kita menyalami rekan kerja setiap saat karena kita bertemu mereka setiap hari.

Ilustrasi: cnn.com
Ilustrasi: cnn.com
Jadi supaya kita tidak terkesan sombong, berusahalah untuk tersenyum dan menyapa. Saat baru datang atau saat berpapasan di lorong misalnya.

Jika ada sesuatu yang tidak kita mengerti, jangan ragu untuk bertanya. Dengan bertanya, akan menunjukkan bahwa kita mau belajar dan terbuka untuk berdiskusi.

Be yourself

Jadilah dirimu sendiri dan jangan minder meskipun kita sadar bahwa kita tipe introvert. Kita tidak perlu pura-pura jadi extrovert karena itu hanya akan menyulitkan kita nantinya. Bersikaplah wajar dan jangan terlalu tertutup.

Meskipun introvert, kita pasti memiliki kelebihan yang bisa kita tonjolkan. Jangan terlalu berpusat bagaimana kita bisa disukai orang lain, tapi fokuslah bagaimana kita bisa menjalankan tugas dan tanggung jawab kita dengan baik.

Move on

Nah ini yang perlu digarisbawahi. Saya jadi ingat nasihat salah satu rekan kerja di kantor lama saat saya berpamitan.

Kalau kita pindah kerja, ibarat pergi ke medan perang dan kita tidak bisa mundur lagi. Jadi mau tak mau kita harus maju ke depan dengan berani. Jangan menengok ke belakang apalagi kalau kita sampai membanding-bandingkan dengan kantor lama. 

Bagaimanapun kepindahan kita ada keputusan yang sudah kita pilih. Jadi jalani pilihan itu dengan semangat karena kita tidak akan tahu apapun kalau kita tidak mencobanya langsung.

Jadi teman-temanku sekalian terutama para introvert di luar sana, jangan ragu jangan khawatir soal adaptasi ketika kalian memutuskan untuk resign dan pindah tempat kerja. Yang penting pikirkan masak-masak dari segala sudut pandang saat akan mengambil keputusan supaya sesal tidak muncul di kemudian hari.

Cherio!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun