Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Selamat Tinggal Path!

18 September 2018   09:24 Diperbarui: 18 September 2018   10:08 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampilan Path dengan Notifikasinya (Dokpri)

Entah sudah berapa banyak media sosial yang dulu sempat hits di kalangan kaum muda, kemudian terpaksa discontinue (tutup). Alasannya tak lain tak bukan adalah karena memang zaman berubah dan tren terus berputar layaknya dunia fesyen. Ketika dirasa mulai ketinggalan zaman dan tidak mengikuti tren, maka perlahan gaya fesyen tersebut mulai ditinggalkan. Begitu pula dengan aplikasi media sosial, ketika sudah tak lagi bisa memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan tren saat itu, maka perlahan aplikasi tersebut mulai di-uninstalled oleh para penggunanya untuk beralih ke aplikasi media sosial lain.

Dulu pernah ada Friendster dan Myspace. Media sosial ini pernah jadi hits saat saya masih awal-awal SMP, sebelum Facebook mengambil alih tentunya. Dan kini giliran Path. Kompasianer pasti banyak yang tahu media sosial ini dong ya.

Path muncul di tahun 2010 an kalau saya tidak salah ingat, mencoba menandingi Facebook yang juga sedang hits saat itu. Path dianggap lebih eksklusif karena hanya bisa diakses secara bebas melalui smartphone (seperti Instagram) dan membatasi jumlah pertemanan (tidak seperti media sosial lainnya yang tidak membatasi jumlah pertemanan).

Per tanggal 17 September lalu melalui situs resminya, Path mengumumkan bahwa platform media sosial ini akan discontinue. Notifikasi ini juga muncul di versi aplikasinya. Mulai tanggal 1 Oktober 2018, aplikasi ini tidak akan bisa di-download lagi melalui iTunes dan Google Play dan per tanggal 18 Oktober 2018 aplikasi Path tidak akan bisa lagi diakses. Dan informasi ini kian tersebar di antara para mantan penggunanya (karena faktanya memang banyak yang sudah tidak menggunakan aplikasi ini). Mereka berbondong-bondong meng-install kembali aplikasi tersebut hanya untuk meng-capture momen-momen tertentu yang paling berkesan. Untuk dijadikan kenang-kenangan tentunya. Dan tulisan saya kali ini juga sekadar bentuk kenang-kenangan dari saya sebagai pengguna Path. Tagar #terimakasihpath dari para penggunanya juga belakangan menjadi trending topic.

Mengingat saya juga dulu sempat menggunakan Path, saya juga jadi penasaran dan akhirnya saya ikut kembali meng-install Path untuk melihat apa yang terjadi di sana.

Tampilan Path dengan Notifikasinya (Dokpri)
Tampilan Path dengan Notifikasinya (Dokpri)
Pada cover depan aplikasi, tombol Sign Up yang digunakan untuk membuat akun baru, kini tidak lagi berfungsi. Dan setelah saya beberapa kali mencoba log in karena lupa password, akhirnya saya menyerah dan me-reset kembali password melalui email.

Begitu saya berhasil masuk ke akun saya, informasi yang pertama kali muncul adalah salam perpisahan resmi dari Path dan tombol yang akan mengarahkan penggunanya untuk mem-backup data. Setelah mengklik tombol tersebut, pengguna diminta memasukkan alamat email yang digunakan untuk menerima pengiriman backup data dari Path.

Total postingan saya cuma 594 sejak saya bergabung 5 tahun yang lalu pada tanggal 12 September 2013. Termasuk sedikit dibandingkan teman-teman saya yang lain karena saya memang termasuk jarang update di Path.

Tapi ternyata memang ada banyak memori yang tersimpan di sana. Banyak pula tren-tren khas yang bisa dibuat di Path sehingga membuat saya jadi senyum-senyum sendiri saat melihatnya.

Template "Listening to"

Sebenarnya template status ini juga ada di Facebook, begitu juga dengan "Watching..." (ketika kita menonton film tertentu) atau "Reading..." (saat membaca buku tertentu). Tapi yang paling hits ya template "Listening to" ini. Pengguna suka menggunakan template ini saat mendengarkan lagu tertentu dan kebanyakan mereka menggunakannya sebagai 'kode' yang ditujukan untuk orang tertentu (gebetan misalnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun