Tahu Sildenafil kan? Oke, mungkin beberapa Kompasianer ada yang tidak tahu. Tapi kalau Viagra tahu dong? Ya, Viagra adalah obat paten yang terkenal digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi pada pria dengan zat aktif Sildenafil.
Jadi ketika salah satu rekan kerja saya (kebetulan seorang pria) bertanya, "Eh jadi kan gue kemarin ke dokter, dan kata dokternya hipertensi gue termasuk hipertensi paru. Pas gue pulang, gue baru sadar pas baca resepnya ada tulisan Sildenafil. Itu bukannya obat kuat yang Viagra itu yah? Perasaan gue gak punya gangguan ereksi deh?", nadanya bercampur setengah bingung, setengah tidak terima (karena dia beranggapan, dokternya mengira dia menderita disfungsi ereksi).Â
Kemudian saya lihat foto resepnya dari smartphone-nya. "Oh.. iya bener. Sildenafil di resep lo emang buat hipertensi. Dokternya gak salah kok".
Sebagai informasi, per Juni 2006 BPOM RI telah menyetujui indikasi (fungsi) baru Sildenafil sebagai obat Hipertensi Paru (Pulmonary Arterial Hypertension/PAH), namun dengan dosis 20 mg per tablet.Â
Berbeda dengan dosis untuk disfungsi ereksi yakni 50 mg & 100 mg per tablet. Meskipun begitu, Sildenafil 20 mg sebagai obat PAH sebenarnya juga telah disetujui di Amerika Serikat (US FDA) per tahun 2005.
Pulmonary Arterial Hypertension (Hipertensi Paru)
Apa sih Hipertensi Paru itu dan apakah sama seperti hipertensi yang biasa kita dengar? Secara konsep sebenarnya sama, yakni meningkatnya tekanan darah akibat adanya penyumbatan pada pembuluh darah (vasokonstriksi).Â
Namun pada Hipertensi Paru, pembuluh darah yang tersumbat adalah arteri pulmonari (pembuluh darah yang membawa darah yang mengandung banyak CO2 dari jantung ke paru-paru). Tersumbatnya pembuluh darah ini akan meningkatkan tekanan darah di paru-paru karena darah sulit mengalir dengan normal.
Kondisi ini juga akan memperberat kerja jantung dalam memompa darah ke paru-paru (untuk pertukaran gas CO2 ke O2) sehingga dapat menyebabkan perlemahan otot jantung yang dapat berpotensi menyebabkan gagal jantung.
Gejala PAH