Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Segar Artikel Utama

Tips Memilih Takjil yang Aman dan Sehat

21 Mei 2018   07:00 Diperbarui: 24 Mei 2018   17:37 2825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau bulan puasa tiba, biasanya sore hari menjelang waktu berbuka, tiba-tiba jalanan menjadi ramai. Apalagi kalau bukan karena pedagang takjil (hidangan untuk berbuka puasa) dan pembelinya yang tumpah ruah. 

Berbagai macam hidangan camilan untuk berbuka puasa dijual untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Mulai dari jajanan pasar yang gurih dan manis semacam lumpia, risoles, kue lupis, kue talam, kue lapis, sampai minuman yang manis-manis semacam es cendol, timun suri, sop buah dan sebagainya. Saking banyaknya jajanan, biasanya orang-orang akan kalap saat membeli. Bisa jadi malah kenyang duluan sebelum makanan 'sebenarnya' gara-gara kebanyakan makan takjil.

Banyaknya pedagang takjil tentunya akan menimbulkan persaingan di antara mereka. Berlomba-lomba untuk menjual dan meraup keuntungan sebanyak mungkin. Tentunya suatu hal yang wajar dan biasa dalam dunia ekonomi. "Dengan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk mendapatkan untung sebesar-besarnya", kata prinsip ekonomi. Oleh sebab itu para pedagang takjil akan berusaha sedemikian rupa supaya mereka bisa menarik sebanyak mungkin pembeli. Caranya bisa macam-macam, mulai dari memberikan promo, menata barang dagangan sedemikian rupa, hingga melakukan hal-hal curang (mungkin tidak semua, tapi jelas ada!).

Pedagang Takjil (Sumber: photo.sindonews.com)
Pedagang Takjil (Sumber: photo.sindonews.com)
Takjil sebagai makanan yang akan dikonsumsi setiap hari selama bulan Ramadan, tentunya kita harus memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan. Jangan sampai kita mempertaruhkan kesehatan demi makanan yang tampak menarik dari luar dengan harga murah, tapi keamanannya tidak terjamin. Sayang banget kan kalau sampai tidak bisa menjalankan puasa gara-gara makan takjil yang tidak sehat. Tapi ini berlaku untuk takjil yang dibeli loh ya. Kalau buatan sendiri sih lain cerita.

Dan sudah menjadi suatu tradisi ketika bulan Ramadan tiba, BPOM dan Balai POM melakukan inspeksi sebagai bentuk tanggung jawab mereka dalam mengawasi keamanan pangan. Tentunya kita tidak perlu menunggu konfirmasi dari BPOM, manakah pedagang yang menjual Takjil yang sehat dan aman, karena ada begitu banyak pedagang dan tidak mungkin pihak BPOM memeriksa satu per satu, melainkan secara acak. Meski begitu, ada enam cara sederhana yang bisa kita lakukan sendiri untuk memastikan  apakah Takjil yang dijual memenuhi kriteria sehat dan aman, misalnya:

Menghindari makanan dengan warna yang terlalu mencolok

Skrinning pertama yang bisa kita lakukan secara visual. Menggunakan bahan pewarna merupakan salah satu usaha untuk menghasilkan penampilan yang menarik pada makanan. Bahan pewarna bisa berasal dari bahan alami (Natural Food Color) atau bahan sintetis (Synthetic Food Color).

Antara pewarna alami dan sintetis tentunya akan lebih mahal yang menggunakan pewarna alami, karena untuk menghasilkan tingkat warna tertentu, bahan yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan pewarna sintetis. Selain itu, warna yang dihasilkan oleh pewarna alami juga biasanya tidak seterang dan semenarik pewarna sintetis.

Ilustrasi: fisikazone.com
Ilustrasi: fisikazone.com
Bahan pewarna alami misalnya daun suji, pandan, kunyit, bit, gula kelapa, wortel dan lainnya. Sementara pewarna sintetis yang boleh digunakan untuk makanan misalnya Tartrazine CI 19140, Ponceau 4R CI No. 16255, Eritrosin CI No. 45430, Briliant Blue CI No. 42090 dan sebagainya yang bisa dilihat disini. Dan kandungan-kandungan pewarna ini juga ada batas maksimumnya. Sementara itu, pewarna sintetis yang dilarang misalnya Rhodamin B, Kuning Metanil, Magenta I, II dan III, Kobalt Asetat dan lainnya yang bisa dilihat disini.

Mengkonsumsi makanan yang mengandung pewarna sintetis yang berbahaya tentunya beresiko menimbulkan masalah kesehatan mulai dari reaksi alergi, mual, muntah hingga sakit kepala dan diare.

Tanpa alat uji yang memadai, tentunya kita akan kesulitan untuk memastikan apakah suatu makanan menggunakan pewarna sintetis yang aman atau tidak. Jadi lebih amannya, hindari makanan yang warnanya terlalu terang dan mencolok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun