Akhir minggu lalu, kebetulan saya pergi ke Pasar Senen untuk menemani Mamak membeli ulos. Ya, boleh dibilang Pasar Senen adalah salah satu lokasi terkenal di kalangan orang Batak karena di sanalah banyak dijual barang-barang khas Batak. Mulai dari tekstil (ulos, songket, sortali dan lainnya), CD lagu dan film Batak, hingga kuliner khas Batak. Dan setiap kali datang ke sana, kami pasti membeli pohul-pohul untuk dimakan sambil muter-muter mengelilingi pasar yang sejak dulu begitu-begitu saja alias tidak pernah direnovasi.
Kuliner Batak (Tapanuli Utara), meskipun pada umumnya memiliki bentuk dan penampilan yang sederhana, tapi tetap selalu memiliki arti dan cerita tersendiri bagi saya. Yah, walaupun saya sendiri lahir dan besar di Jakarta, makanan-makanan khas Batak ini selalu mengingatkan saya ketika berkunjung ke kampung orang tua saya di Pulau Samosir dan Toba sana.
Lappet, pohul-pohul dan ombus-ombus
Sedangkan ombus-ombus sebenarnya mirip-mirip dengan lappet juga, tapi istilahnya sendiri berasal dari daerah Siborong-borong. Ombus-ombus sendiri berarti "embus-embus" karena makanan ini paling enak dimakan saat panas sehingga harus diembus-embus lebih dulu. Maklum, udara di Siborong-borong sangat dingin, terutama saat pagi hari.
Kalau sedang berkunjung ke rumah opung (kakek/nenek), salah satu dari tiga jenis makanan ini adalah hidangan wajib di pagi hari, yang biasanya dihidangkan bersama teh manis panas. Sangat pas untuk menghalau dinginnya udara pagi.
Dekke na niarsik (Ikan mas arsik)
Ini salah satu hidangan yang paling terkenal dari tanah Batak. Mengapa? Karena arsik hampir selalu ada di setiap saat, terutama di acara pesta adat Batak (pernikahan, syukuran, dan sebagainya). Arsik memiliki makna khusus jika dihidangkan pada saat pesta adat. Tapi kali ini saya tidak akan bahas arti filosofisnya.
Paling enak kalau makan arsik dengan nasi putih panas sambil memandangi keindahan Danau Toba dan Bukit Barisan dari atas kapal motor. Kalau Kompasianer berkesempatan jalan-jalan ke Danau Toba, jangan lupa makan Arsik yang dijual di atas kapal yah! Maknyusss!
Masih tentang ikan, Natinombur adalah makanan berbahan dasar ikan yang dibakar. Biasanya ikan yang digunakan adalah ikan mujair. Setelah dibakar, ikan ini dilumuri bumbu kental yang terdiri dari campuran kemiri, cabai, bawang, jahe dan tentunya andaliman.
Danau Toba memberi banyak hasil ikan yang melimpah. Karena itu hidangan olahan ikan di tanah Batak ada bermacam-macam. Termasuk naniura ini. Kalau tadi saya bercerita tentang ikan yang dimasak dan dibakar, lain dengan naniura. Ikan yang digunakan biasanya (masih) biasanya ikan mas. Macam sashimi dari Jepang yang terkenal itu, naniura tidak dimasak. Meski mentah, ikan ini tetap matang karena direndam dalam air asam jungga atau jeruk purut selama beberapa jam (tentunya setelah isi perutnya dibersihkan ya). Setelah daging ikan mulai lembek, barulah diberi bumbu seperti bumbu arsik.