Dalam perayaan Imlek setiap tahunnya, ada satu tradisi yang kerap ditunggu oleh mereka yang merayakannya, terutama anak-anak dan para remaja. Apalagi kalau bukan pembagian Angpao! Meskipun saya sendiri tidak ikut merayakan Imlek, suka seru juga kalau melihat mereka yang harap-harap cemas saat menerima Angpao berwarna merah dengan berbagai motif yang menarik hati. Eh, lebih tepatnya kepengen juga sih. Hahaha!
Semasa sekolah SMP dan SMA dulu, kebetulan saya berada di lingkaran pergaulan teman-teman keturunan Tionghoa. Jadi setiap tahunnya saya selalu mendengar mereka bercerita jumlah 'pendapatan' yang mereka peroleh, Â hasil berburu dalam kunjungan ke rumah sanak saudara saat hari raya. Dari situ, saya jadi penasaran bagaimana cerita dibalik tradisi Angpao ini.
Angpao atau dalam bahasa Mandarin disebut juga dengan "Hong Bao", adalah hadiah berupa uang yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop berwarna merah. Dalam tradisi Tionghoa, warna merah tentunya melambangkan kebahagiaan, keberuntungan dan energi baik. Dan ternyata ada dua legenda dibalik tradisi memberikan Angpao ini.
Legenda pertama berkisah tentang delapan makhluk abadi yang berubah menjadi koin untuk menolong sepasang suami-istri yang ingin melindungi putranya dari iblis bernama Sui. Pada malam Tahun Baru Cina, kedelapan koin ini dibungkus dalam kertas merah dan diletakkan di bawah bantal sang anak untuk mengusir iblis. Cara ini akhirnya diterapkan secara turun-temurun oleh para orangtua dengan keyakinan supaya anaknya jauh dari bahaya. Saat ini, Angpao tahun baru Imlek disebut juga dengan "Ya Sui Qian" yang berarti "Uang Pengusir Hantu".
Legenda lainnya menceritakan kisah tentang kelahiran putra seorang kaisar dari Dinasti Tang yang bernama Kaisar Xuanzong. Sang kaisar memberikan koin emas dan perak kepada selirnya untuk digunakan sebagai jimat pelindung bayinya. Setelah itu, rakyatnya mulai mempraktekkan cara ini dengan memberikan anak-anak mereka uang sebagai hadiah. Biasanya uang ini akan dimasukkan ke dalam kantong kain yang terbuat dari sutra atau bahan pakaian. Tujuannya semata-mata mendoakan yang terbaik bagi anak-anak mereka setiap tahun baru datang. Barulah kira-kira pada abad ke-19, orang-orang menggunakan pembungkus berwarna merah dan menyebutnya "Hong Bao".
Menurut semua teman dan sahabat saya yang merayakan Imlek, yang wajib memberikan Angpao adalah mereka yang sudah menikah. Pada zaman dahulu, pernikahan dianggap menjadi batas antara anak-anak dan dewasa. Angpao diberikan kepada anak-anak atau yang belum menikah dan juga kepada orang yang dituakan. Tapi sekarang , mereka yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan meskipun belum menikah, boleh juga menerima Angpao. Tentunya pemberian ini melambangkan doa dan harapan akan nasib baik bagi yang menerima, misalnya jodoh.
Ada beberapa tatacara saat menerima Angpao yakni, menerima dengan kedua tangan, memberikan ucapan terima kasih dan salam tahun baru. Dan yang paling penting si penerima tidak boleh langsung membuka Angpao di depan si pemberi. Baiknya Angpao dibuka saat tiba di rumah.
Berapa sebaiknya jumlah uang yang diberikan sebagai Angpao?
Pada dasarnya tidak ada nominal khusus untuk Angpao. Tentunya semua kembali kepada kemampuan ekonomi masing-masing. Namun biasanya, jumlah uang Angpao haruslah berangka genap, kecuali berawalan angka 4. Dalam bahasa Mandarin lafal angka 4 adalah 'shi' yang berarti "mati". Jadi, angka ini dianggap tidak baik untuk keberuntungan. Akan lebih baik jika jumlah uang yang diberikan berawalan 8 karena angka ini diasosiasikan dengan keberuntungan.
Orang Tionghoa memiliki banyak simbol dengan berbagai macam arti untuk diterapkan dalam kehidupan. Jadi, yang saya tangkap disini tentang tradisi pemberian Angpao bukanlah perkara nilai uang di dalam amplop berwarna merah, melainkan bahwa Angpao diberikan sebagai bentuk doa si pemberi kepada penerima dan harapan si penerima agar memperoleh nasib yang baik, aman dan tenteram untuk satu tahun ke depan. Jadi Angpao harus diberikan dengan hati tulus dan berapapun yang diterima harus disyukuri sebagai berkat.