Waktu makan siang, biasanya menjadi waktu senggang bagi saya dan rekan-rekan kantor untuk membicarakan hal-hal selain pekerjaan. Layaknya sekelompok wanita yang sedang berkumpul sambil ngopi-ngopi cantik, topik obrolan kami berubah-ubah mulai dari soal fashion, hewan peliharaan, jalan-jalan, hingga akhirnya pembicaraan kami terfokus soal ML. Eh?
ML yang saya maksud disini bukan soal "itu", tapi singkatan dari sebuah gim daring alias Mobile Legend. Pernah dengar? Atau jangan-jangan suka main juga?
Pada dasarnya saya bukan orang yang suka main gim, terutama gim daring. Begitu juga dengan teman-teman saya tadi. Lalu apa dong yang kami bicarakan kalo tidak suka? Tak lain tak bukan adalah keluhan tentang anggota keluarganya yang ketagihan main ML! Dan karena kebetulan anggota keluarga saya tidak ada yang suka main ML atau gim daring lainnya, akhirnya saya hanya bisa mendengarkan keluhan ketiga rekan kantor saya.Â
Dua orang rekan saya, suaminya tergila-gila main ML. Sementara rekan saya yang satunya, baru-baru ini anak perempuannya mulai ketagihan main ML. Mereka-mereka yang ketagihan ini, jadi mulai mengabaikan keharusannya mengurus diri sendiri seperti mandi dan makan atau mengerjakan pekerjaan rumah yang menjadi tugas mereka.Â
Sering kali ketiga rekan saya ini harus marah-marah karena anggota keluarga mereka seakan-akan tidak mendengar teguran sama sekali dan malah terus melanjutkan permainan. Alasannya? Tidak bisa di-pause! Rupa-rupanya game ini tidak bisa di-pause karena dimainkan bersamaan dengan orang lain meski berada di tempat dan menggunakan gadget yang berbeda.
Para pemain-pemain ini tergabung dalam satu kubu yang terdiri dari beberapa orang dan akan bermain melawan kubu lain. Bahkan mereka punya jadwal tertentu untuk memulai permainan dan sebelum dimulai, mereka mengadakan semacam briefing untuk membahas strategi permainan. Dan itu semua biasanya dilakukan melalui chat online.
Jadi bisa terbayang kan? Saat semuanya itu mereka lakukan dengan gawai, dunia nyata mereka seolah-olah terlupakan. Mereka tenggelam dalam keasyikannya sendiri sehingga seringkali dibilang autis oleh orang lain yang melihat mereka.
Pada dasarnya, bermain gim bertujuan untuk me-refresh otak sejenak dari kepenatan rutinitas seperti bekerja atau belajar. Tipe-tipe game juga bermacam-macam, mulai dari yang ringan karena memang ditujukan untuk bersenang-senang, hingga gim  yang harus 'mikir' alias mengasah otak saat memainkannya. Namun tidak dapat dipungkiri, gim nyatanya juga bisa membuat seseorang menjadi kecanduan jika tidak bijak dan mengontrol diri saat memainkannya.
Apa yang terjadi saat seseorang menjadi pecandu game? Banyak dampak buruk yang mengincar mereka.
Saat orang sering bermain gim berjam-jam, bagian tubuh dan organ yang paling utama terkena dampak adalah otak, mata, leher, punggung, telinga hingga paru-paru. Paparan dari radiasi gawai dan perangkat elektronik yang terlalu lama akan membahayakan otak dan mata. Fungsi kerja otak menurun sehingga mengganggu kemampuan untuk berkonsetrasi saat belajar atau bekerja.Â