Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pernikahan Mewah, "Yay or Nay"?

30 Desember 2017   13:08 Diperbarui: 30 Desember 2017   14:24 2264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dalam gedung pesta adat pernikahan Batak (Sumber: youtube.com)

Ngomong-ngomong soal pernikahan, kaum milenial adalah kelompok yang paling sering menelan pertanyaan "Kapan Merit?" Dan pertanyaan itu biasanya akan dijawab dengan senyuman semanis gula, atau jawaban mengambang bak kantung plastik yang hanyut di kali, atau bahkan langsung mengalihkan ke topik lain seperti pengalihan arus lalu lintas menjelang tahun baru.

Mengapa demikian? Alasannya hanya dua, yakni karena memang belum punya pasangan alias Jojoba (jomblo-jomblo bahagia) atau memang "belum siap". "Belum siap" ini juga terbagi lagi. Belum siap mental karena memang ingin mengejar yang lain dulu seperti pendidikan dan karir, atau memang belum siap kantong. Dan alasan yang terakhir ini (Belum Siap Kantong) cukup banyak loh yang mengalami.

Pernikahan memang suatu bentuk tahap yang harus dilalui ketika sepasang kekasih ingin berkomitmen lebih serius dalam hubungan mereka. Tapi di Indonesia, pernikahan bukanlah hal yang dapat dilakukan semudah membalikkan telur dadar di penggorengan. Ada begitu banyak yang harus dipersiapkan untuk melaksanakan pernikahan. Dan persiapan ini tentunya membutuhkan banyak biaya.

Di Indonesia, pelaksanaan pesta pernikahan dibagi menjadi dua cara yaitu secara modern dan tradisional. Biaya yang dikeluarkan tergantung masing-masing konsep acara. Umumnya pernikahan modern akan menghabiskan biaya yang lebih sedikit daripada pernikahan tradisional, karena dalam pernikahan tradisional ada berbagai macam prosesi adat yang harus dilalui dan dimulai beberapa hari sebelum hari H, atau bahkan beberapa bulan sebelumnya. Sementara pernikahan modern tidak serumit itu. Tapi lain cerita loh kalau yang menikah secara modern ini adalah pasangan dari keluarga konglomerat. Mungkin biaya yang dihabiskan malah akan lebih besar.

Namun, Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya dan adat-istiadat, rasa-rasanya pesta pernikahan secara tradisional adalah yang paling banyak dianut. Berhubung saya tergolong dalam suku Batak, saya akan memberikan sedikit gambaran tentang biaya yang dibutuhkan untuk pesta adat pernikahan Batak.

Biaya utama yang harus dikeluarkan untuk pesta adat pernikahan Batak di Jakarta adalah, sewa gedung (selama 1 hari, karena proses adatnya panjang), katering (adat dan nasional), dokumentasi (foto dan video), dekorasi pelaminan, dan musik beserta grup penyanyinya. Sewa gedung berkapasitas 1,000 orang di Jakarta bervariasi mulai dari kisaran 30 - 80 juta, tergantung lokasi dan fasilitas dasar gedung. Biaya katering adat mulai 30 - 50 ribu rupiah per porsi (dikalikan jumlah tamu adat) dan katering nasional mulai 40 - 60 rupiah per porsi (dikalikan jumlah tamu nasional). Biaya dokumentasi, dekorasi dan musik masing-masing berkisar antara 8 - 15 juta. 

Itu baru biaya untuk pengeluaran utama. Belum biaya lainnya seperti souvenir pernikahan, make-up pengantin, kebaya dan jas pengantin, seragam keluarga, 'amplop' ke pihak-pihak keluarga tertentu, hingga tiket pesawat untuk mendatangkan anggota keluarga dari luar kota (jika memang berkenan). Jadi kalau ditotal, pihak yang penyelenggara harus sudah menyiapkan minimal seratus juta rupiah untuk satu hari beresejarah itu. Luar biasa kan?

Suasana dalam gedung pesta adat pernikahan Batak (Sumber: youtube.com)
Suasana dalam gedung pesta adat pernikahan Batak (Sumber: youtube.com)
Jangan khawatir, itu baru untuk hari H. Dalam adat pesta pernikahan Batak masih ada prosesi sebelumnya yakni Marhusip dan Martumpol yang keduanya juga tentu memerlukan biaya. At least biaya konsumsi tamu. Wew!

Selain itu, pihak mempelai pria juga harus menyiapkan Sinamot (mahar) untuk mempelai wanita. Dan biasanya besaran Sinamot ini juga akan didasari dari latar pendidikan si mempelai wanita. Semakin tinggi gelar pendidikan mempelai wanita, semakin tinggi pula besaran Sinamot. Tapi lagi-lagi hal itu kembali pada kesepakatan kedua belah pihak keluarga. Selain itu, jika pesta diadakan oleh pihak perempuan, tentu besaran Sinamot juga akan semakin besar. Terbayang dong jumlah uang yang harus disiapkan? Berkoper-koper mungkin!

Itu kalau pernikahan adat Batak. Saya dengar-dengar, pernikahan adat dari daerah lain seperti Padang, Sulawesi, Jawa dan Kalimantan juga memerlukan besaran biaya yang mirip-mirip.

Pesta pernikahan adat semacam ini bukan hanya terkait dengan tradisi tapi juga gengsi. Bukan Indonesia namanya kalau tidak gengsi. Ketika sebuah keluarga sanggup mengadakan pesta pernikahan yang besar, meriah, berlimpah makanan enak, maka akan menuai banyak pujian dari para tamu dan kerabat. Apalagi jika yang punya hajatan itu memiliki kedudukan sosial yang tinggi di masyarakat. Pastilah pesta pernikahan itu diadakan besar-besaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun