Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan Kecil tentang Makna Natal

25 Desember 2017   16:11 Diperbarui: 25 Desember 2017   16:15 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: merrychristmas2017wishes.com

Hari raya Natal boleh dibilang menjadi hari raya yang paling ditunggu umat Kristiani di seluruh dunia setiap tahunnya. Hari raya ini identik dengan kemeriahan dan kegembiraan yang ditandai dengan hiasan-hiasan yang festive dan dekoratif mulai dari pohon natal yang dihias pernak-pernik dan lampu-lampu berwarna-warni, kado, kue dan hidangan-hidangan super enak, bahkan hingga diskon belanja besar-besaran maupun traveling ke luar negeri. Saking meriahnya, maka terkadang momen natal tidak hanya dirayakan oleh umat Kristen tetapi juga dinikmati oleh mereka yang non-Kristen. Maka tiba-tiba pikiran random saya muncul. Apakah memang makna Natal itu seperti ini? Kok kayaknya standar sekali yah.

Jika dilihat dari sisi filosofisnya, bagi saya Natal berarti Kesederhanaan. Kelahiran Yesus yang menurut Alkitab diceritakan terjadi di sebuah kandang domba, menunjukkan bahwa sederhana dan rendah hati adalah inti dari Natal itu sendiri. Kita boleh saja merayakannya dengan meriah, namun jangan sampai terlalu berlebihan. Kita tetap harus mengingat bahwa ketika kita merayakan Natal dengan penuh kelimpahan, masih ada orang lain di luar sana yang kurang beruntung dan hidup serba berkekurangan. Oleh sebab itu, sudah sepatutnya kita pun ikut berbagi kebahagiaan dengan mereka sesuai dengan kemampuan kita. Banyak atau sedikit tidak jadi masalah, yang penting kita memberi dengan hati yang tulus dan tanpa pamrih.

Selain kesederhanaan, hal lain yang identik dengan Natal adalah Kedamaian. Kelahiran Yesus ke dunia dipercaya membawa kedamaian di tengah umat manusia. Oleh sebab itu, ucapan "Semoga damai Natal hadir di tengah kita" selalu menjadi doa yang paling sering diucapkan saat Natal.

Sepanjang tahun 2017 ini, Indonesia telah dilanda berbagai isu sosial dan politik yang boleh dibilang telah menguji kebhinekaan kita. Topik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan) selalu menjadi hal yang paling sering dumanfaatkan karena mudah menyulut reaksi masyarakat ketika ia digandeng dengan masalah sosial dan politik tadi. Akibatnya masyarakat seakan terpecah menjadi beberapa kubu. Bhinneka Tunggal Ika yang berarti 'Berbeda-beda tapi tetap satu jua' seakan hanya menjadi semboyan di mulut saja, padahal selama ini komitmen rakyat Indonesia untuk senantiasa mengaplikasikan semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari, selalu dikenal dan dikagumi oleh negara-negara lain.

Baru-baru ini berita tentang pengakuan kota tua Yerusalem sebagai ibukota Israel oleh Amerika Serikat, membuat kehebohan dan membangkitkan reaksi dari negara-negara di seluruh dunia. Ada yang mendukung, namun banyak juga yang menentang, termasuk Indonesia. Meski pemerintah Indonesia tidak mendukung keputusan Amerika Serikat, tapi nyatanya banyak juga rakyat Indonesia yang punya pendapat berseberangan.

Dan kalau kita lihat di media sosial, ada banyak sekali orang-orang yang secara terang-terangan mengecam pihak lain yang tidak memiliki paham yang sama.

Saya memang bukan pakar di bidang politik maupun sosial, apalagi yang menyangkut masalah bilateral Israel dan Palestina. Tapi yang ingin saya sampaikan disini adalah, masalah yang terjadi antara Israel dan Palestina adalah masalah politik negara lain. Jangan sampai masalah luar negeri ini menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat kita. Caranya? Ya jangan mudah tersulut dengan pemberitaan-pemberitaan yang berkaitan dengan SARA. Jangan mudah terpancing ketika ada orang lain yang tidak sepaham dengan pemikiran kita.

Oleh sebab itu teman-teman sekalian, marilah kita menjadi duta-duta pembawa kedamaian dengan tidak menyebarkan ujaran-ujaran kebencian kepada pihak tertentu dan tidak mudah tersulut oleh isu-isu sensitif. Hal ini bisa kita mulai dari lingkungan keluarga sendiri, sahabat, rekan kerja dan komunitas.

Hidup sederhana, rendah hati dan bertoleransi di tengah perbedaan akan mewujudkan kehidupan yang damai sejahtera.

*Selamat Natal untuk semua teman-teman Kompasianer yang merayakan!*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun