Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Anak Keranjingan Internet, Yes or No?

28 Juli 2017   15:55 Diperbarui: 30 Juli 2017   20:18 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: devascounseling.com

Anak-anak yang kehidupan ekonominya terbatas, bisa jadi akan mengalami minder/rendah diri dan kurang bersyukur karena mereka tidak bisa memiliki apa yang orang lain pamerkan. Sudah sering dengar kan, banyak juga anak-anak yang menuntut orangtuanya membeli ini itu, padahal belum tentu orang tuanya mampu. Pada titik tertentu, tidak menutup kemungkinan anak tersebut mudah mengalami depresi.

3. Kemampuan Bersosialisasi

Ilustrasi: thestar.com.my
Ilustrasi: thestar.com.my
Ini paling terlihat jelas. Anak-anak yang hobinya berselancar di dunia maya, mungkin saja sangat supel dan memiliki banyak teman maya. Tapi sayangnya teman-teman maya itu bukan orang sungguhan. Jadi ketika dia dihadapkan di tengah-tengah orang banyak, bisa jadi si anak malu untuk berbicara di depan umum dan berinteraksi secara langsung, karena ia terbiasa dengan dunianya sendiri alias autis.

4. Kognitif

Boleh dibilang segala informasi ada di dalam internet. Tinggal ketik satu kata, akan muncul semua informasi yang kita inginkan. Orang dewasa tentunya bisa membedakan mana sumber-sumber yang bisa dipercaya atau tidak. Tapi pada anak, jika tidak ada yang mendampingi, mereka akan sulit membedakan mana fakta atu fiksi.

Selain itu, sekolah saat ini juga sudah mulai mengarahkan para muridnya menggunakan internet untuk menyelesaikan tugas. Bahkan bagi yang setingkat SD. Alih-alih internet, saya pribadi lebih setuju para siswa setingkat SD diajarkan mencari sumber melalui buku atau media cetak. 

Cara semacam itu lebih melatih anak untuk mengenal dan mencari sendiri  sumber informasi yang terpercaya untuk tugas mereka. Barulah setingkat SMP mereka mulai diperkenalkan menggunakan internet untuk tugas sekolah. Itu pun perlu diarahkan juga supaya mereka jangan sampai terbiasa dengan plagiarisme.

Ilustrasi: speechbuddy.com
Ilustrasi: speechbuddy.com
5. Tindak Kejahatan

Resiko ini juga perlu diperhitungkan. Banyak orang-orang yang tidak bertanggung jawab di luar sana yang memanfaatkan anak-anak yang masih polos dan belum memiliki pola pikir analitis untuk memberikan informasi-informasi pribadi. 

Anak-anak bisa saja memasukkan informasi tentang alamat rumah, nomor telepon dan informasi lainnya, terutama ketika berselancar di medsos. Belum lagi hal-hal berbau pornografi yang tiba-tiba suka muncul tanpa disengaja.

Lalu bagaimana supaya anak-anak ini terhindar dari efek-efek buruk semacam itu? Kembali pada keluarga. Bagaimanapun, seorang anak pastilah masih berada di bawah pengawasan orangtua. Oleh sebab itu, peran orangtua sangat penting, misalnya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun