Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Benarkah Nutella Dapat Menyebabkan Kanker?

15 Januari 2017   15:04 Diperbarui: 15 Januari 2017   15:20 1659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: uk.reuters.com

Suka makan Nutella? Mungkin sebagian besar dari Anda pernah mengkonsumsinya bersama dengan roti atau martabak. Rasanya? Nggak diragukan lagi. Mantap surantap! Saya pun mengakuinya karena rasanya begitu legit dan manisnya pas. Oke, sekarang ini saya bukan bermaksud menjadi brand ambassadornya Nutella. Tapi rupa-rupanya ada kabar yang cukup mengejutkan tentang Nutella yang mungkin akan membuat kecewa para penggemar selai coklat ini, karena kabarnya Nutella mengandung bahan yang dapat menyebabkan penyebaran kanker. APA?!

Baru-baru ini supermarket terbesar di Italia, Coop, menarik produk-produknya yang mengandung olahan minyak sawit. Hal ini disusul setelah European Food Safety Authority (EFSA) mengeluarkan pernyataan bahwa olahan minyak sawit bersifat karsinogenik (pemicu kanker).

Minyak sawit pada Nutella digunakan untuk memberikan tekstur yang lembut dan memperpanjang expired date. Dan pada kenyataannya minyak sawit memang banyak digunakan sebagai bahan pembuat selai, mie, cokelat, mentega dan lainnya.

Menurut EFSA, Glycodil yang terkandung dalam minyak sayur inilah yang menjadi penyebabnya. Ada tiga jenis Glycodil yakni Glycidyl Fatty Acid Esters (GE), 3-monochloropropanediol (3-MCPD), dan 2-monochloropropanediol (2-MCPD). Dan kandungan Glycodil terbanyak ada dalam minyak sawit. Namun zat-zat ini tidak ditemukan dalam minyak mentah, melainkan muncul setelah minyak sawit melalui proses pengolahan dengan suhu tinggi yakni sekitar 200°C, dan proses ini adalah tahap yang umum dalam pengolahan minyak sawit. Proses pemanasan ini diperlukan untuk menghilangkan bau khas dan warna jingga gelap.

Berdasarkan hasil studi EFSA, paparan berulang GE dapat meningkatkan potensi tumor pada mencit dan tikus dengan cara merusak gen. Tim peneliti dari Spanyol menemukan adanya protein CD36 dalam sel tumor yang berperan dalam penyebaran tumor / kanker, dengan cara memindahkan asam lemak dari luar sel ke dalam sel. Dalam hal ini, minyak sawit memiliki kandungan asam lemak yang disebut asam palmitat. Oleh sebab itu mengurangi konsumsi atau diet makanan yang mengandung asam lemak dapat menjadi salah satu cara untuk mengurangi penyebaran tumor / kanker.

Meski begitu, EFSA tidak merinci batasan level kandungan minyak sawit yang dapat memicu penyebaran kanker karena masih dalam proses penelitian. Oleh sebab itu minyak sawit belum dinyatakan dilarang (banned), sehingga Ferrero (pemilik produk Nutella) tetap menyatakan bahwa produknya aman dan tidak akan mengganti minyak sawit yang mereka gunakan.

Minyak sawit merupakan opsi utama karena harganya lebih murah dibanding bahan lainnya yang ditujukan untuk fungsi yang sama, dan terbukti juga banyak digunakan pada produk lainnya.

Sebenarnya, jika olahan minyak sawit disebutkan beresiko memicu kanker, masih banyak zat-zat lainnya yang juga berpotensi kanker namun digunakan sebagai bahan makanan. Contoh, Monosodium Glutamat (penyedap rasa), bagian gosong pada makanan yang dibakar (misalnya sate), makanan yang digoreng dengan minyak yang sudah digunakan berkali-kali, junk food dan lainnya. Dan lagi-lagi semuanya kembali pada jumlah yang dikonsumsi. Tidak semua makanan 100% aman dan setiap makanan yang dikonsumsi secara berlebihan tentu berefek buruk pada kesehatan. Jadi, bijaklah dalam mengkonsumsi segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh kita dan tetap makan dengan gizi seimbang.

Referensi:

1 

2 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun