Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berani Katakan "Tidak" untuk Kesehatan Jiwa dan Pikiran

13 Oktober 2016   15:13 Diperbarui: 13 Oktober 2016   15:21 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source: www.taylorintime.com

Beberapa orang ada yang bisa dengan mudah mengatakan 'Tidak' pada sesuatu, tetapi ada juga yang sulit untuk menolak. Dan kebetulan, saya termasuk orang yang agak sulit menolak dalam hal-hal yang berkaitan dengan organisasi, pekerjaan dan pertemanan. Awalnya saya selalu mencoba untuk berpikir positif terhadap apa pun yang sedang saya lakukan dengan harapan saya sedang 'belajar'. Namun lama-kelamaan, saya sadar kita tidak bisa selalu menjadi 'Yes Man'. Ketegasan terhadap diri sendiri sangat diperlukan untuk tetap membuat kita menjadi manusia yang memiliki pendirian dan tidak mudah terhasut oleh orang lain.

Baik saat masa sekolah ketika saya sedang aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan kampus, maupun ketika saya mulai bekerja di sebuah perusahaan, saya merasa agak kesulitan untuk berkata 'Tidak'. Dan akhirnya saya sendiri menjadi kelimpungan ketika beban tugas / kerja saya overload. Ujung-ujungnya saya akan mengeluh karena saya kelelahan dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk bersosialisasi dengan orang lain di luar rutinitas saya, kesulitan memiliki waktu 'me time' dan akhirnya saya sendiri tidak menikmati apa yang sedang saya lakukan bahkan cenderung tidak niat hingga akhirnya hasil yang saya peroleh tidak maksimal.

Tidak hanya diri sendiri, saya pun pernah memiliki beberapa rekan kerja yang selalu mengatakan 'Ya' pada atasannya. Bahkan ia tetap berkata 'Ya' ketika atasannya memberikan tambahan pekerjaan yang bukan jobdesc-nya di saat ia sendiri sedang mengerjakan beberapa proyek dengan tenggat waktu yang berdekatan. Ia terpaksa harus sering bekerja lembur, dan mengurangi waktunya bersama keluarga dan anak-anaknya, teman-temannya, bahkan dengan dirinya sendiri.

 Dan tak lama kemudian, ia akan mengeluh pada saya berkali-kali tentang topik yang sama, bahwa ia kesal karena atasannya bersikap semena-mena dan 'aji mumpung'. Dan berkali-kali pula saya selalu mendengarkan curhatnya yang selalu sama, karena saya juga merasa tidak enak untuk berkata 'tidak' padanya.

Katakan "Tidak" Demi Kesehatan Jiwa dan Pikiran

Saya tidak tahu, seberapa banyak Pembaca yang memiliki sifat yang sama dengan saya. Namun ada baiknya mulai saat ini juga, kita harus berani untuk mengatakan 'Tidak' pada sesuatu yang tidak kita inginkan. Tentunya kita pun harus memiliki alasan yang logis dan relevan ketika menolak sesuatu. Saat kita menolak, bukan berarti kita tidak mampu atau tidak kompeten. Namun kita harus bisa mengukur kemampuan diri dan memikirkan dampak yang mungkin akan terjadi setelah kita mengatakan 'Ya'. Jangan selalu menjadi 'Yes Man' hanya demi membuat orang lain senang dan diterima di suatu lingkungan / komunitas. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, berani mengatakan 'Tidak' akan mencerminkan apakah kita memiliki pendirian atau tidak, apakah kita bisa bersikap tegas atau tidak. Dan pada akhirnya orang lain akan bisa menilai apakah kita memang memiliki karakter yang kuat atau plin plan.

Ketika banyak orang mengatakan 'Ya' sementara kita memiliki opini kuat untuk berkata 'Tidak', kita harus memiliki keberanian untuk mengutarakannya. Jika kita selalu menuruti kemauan orang lain, kita tidak akan pernah bisa menjadi diri sendiri karena kemauan orang lain tidak akan pernah ada habisnya. Lama-kelamaan kita tidak akan bisa membedakan, saat berkata 'Ya', apakah memang karena orang lain mengakui kemampuan kita atau hanya sedang memanfaatkan kita. Dan pada akhirnya kita akan kehilangan jati diri dan tidak mempunyai inisiatif karena kita selalu menuruti kehendak orang lain.

Memang kalau bicara saja mudah, tapi melaksanakannya belum tentu berani. Saya sendiri masih belajar untuk berani berkata 'Tidak'. Untuk hal-hal tertentu, terkadang saya masih merasa gak enak hati, setelah menolak sesuatu. Namun tentunya untuk memunculkan sebuah karakter dalam diri harus dimulai dari yang kecil dan sederhana. Percayalah, orang lain belum tentu akan selalu marah ketika kita menolak, karena itu adalah hal yang manusiawi. Yang jelas penolakan itu haruslah dengan cara yang sopan dan disertai alasan yang jelas. So, demi kesehatan jiwa dan pikiran kita, jangan takut mengatakan 'Tidak'.

"When you say YES to others, make sure you're not saying NO to yourself" - Paulo Coelho

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun