Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Lagu Anak-anak, Riwayatmu Kini

3 Agustus 2016   10:35 Diperbarui: 3 Agustus 2016   10:41 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Random Thought saya pagi ini adalah ketika melihat postingan salah satu teman saya di media sosial yang menampilkan lirik-lirik lagu anak era tahun 90an. Dan seperti kebanyakan orang yang mengalami masa kecil di tahun 90an, saya pun merasa beruntung dan bangga menjadi salah satu di antara mereka. Terserah bagaimana kata orang, saya tetap merasa masa kecil di tahun 90an adalah masa yang paling ideal bagi anak-anak, baik itu dari segi pendidikan, hiburan maupun kreativitas.

Salah satu perbedaan yang paling mencolok antara masa anak-anak era 90an dan 2000an, selain fakta bahwa menjamurnya berbagai fasilitas digital serba canggih adalah, lagu anak-anak. Bagi Anda yang mengabiskan masa kecil di tahun 90an, tentu Anda mengenali banyak lagu anak-anak seperti "Anak Gembala" (Tasya), "Katanya" dan "Jangan Marah" (Trio Kwek Kwek), "Nyamuk-Nyamuk Nakal" (Enno Lerian), "Susan Punya Cita-Cita" (Susan & Ria Enes), "Tukang Bakso" (Melisa), "Layang-Layang", "Desaku", "Naik Becak", "Naik Delman" dan sederet lagu lainnya.

sheet-layang-layang-lirik-lagu-anak-57a1657d2523bdc145700639.jpg
sheet-layang-layang-lirik-lagu-anak-57a1657d2523bdc145700639.jpg
Lagu-lagu ini memiliki lirik yang mudah diingat namun tetap menceminkan kehidupan nyata sesuai dengan pandangan anak-anak masa itu. Nadanya pun dibuat ceria sesuai dengan sifat anak-anak seharusnya. Namun semakin hari, saya lihat lagu anak-anak ini mulai hilang di peredaran dan digantikan lagu-lagu yang lebih bertema dewasa dan belum pantas untuk dinyanyikan anak-anak. Menurut pengamatan saya, peran media (dalam hal ini televisi) dalam memelihara lagu yang pantas untuk anak-anak sangat kurang. Mengapa media TV? Karena saat ini mayoritas masyarakat mempunyai TV dan TV adalah sarana yang paling mudah untuk dilihat anak-anak.  

Di tahun 90an, ada program khusus di televisi (biasanya sore hari setelah jam sekolah anak-anak) yang menayangkan acara anak-anak seperti lagu, film kartun dan lainnya. Bahkan setiap minggu pagi hingga siang, ada slot khusus yang menayangkan program acara anak-anak. Namun saat ini, hampir semua stasiun televisi menayangkan program acara yang bertema dewasa tanpa ada slot khusus untuk program anak-anak. Sehingga anak-anak pun lebih sering menonton sinetron dewasa dan bahkan mengahafal lagunya untuk dinyanyikan, padahal lagu-lagu semacam itu belum pantas untuk diingat mereka.

Ingat lagu "Lelaki Kardus" yang dinyanyikan seorang anak dan sempat menjadi viral beberapa waktu lalu? Meskipun beberapa orang menganggap nyanyian semacam itu biasa saja karena merupakan pengalaman pribadi atau based on the true story, namun tetap saja menurut saya itu adalah suatu bentuk kegagalan yang sangat memprihatinkan.

Di zaman serba canggih ini, peran orang tua sebagai pengawas dan kontrol tetap sangat diperlukan dalam membesarkan anak-anaknya sesuai dengan umur mereka. Jangan bangga jika anak-anak Anda yang berumur 7 tahun bisa berbicara mengenai topik layaknya orang dewasa, karena memang mereka belum waktunya mengerti. Dan jangan bangga anak-anak lebih mengenal lagu cinta-cintaan ketika harusnya mereka tahu lagu "Naik Delman".

Saat ini saya sedang berusaha mengumpulkan lagu-lagu anak yang tren di era masa kecil saya, buku-buku cerita dan lainnya yang bertema anak-anak, supaya kelak anak-anak saya bisa mengenal lagu-lagu yang sangat bersejarah tersebut, serta tumbuh, berpikir, berbicara dan berperilaku sesuai dengan umurnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun