Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Romansa Kala Sekolah, Perlukah?

18 Februari 2016   14:44 Diperbarui: 19 Februari 2016   09:21 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jatuh cinta, berjuta rasanya.. Penggalan lirik lawas nan kondang dari Titiek Puspa langsung terbersit dalam pikiran saya. Pagi itu di dalam sebuah bus Transjakarta yang saya tumpangi saat perjalanan ke kantor, saya berdiri di dekat pintu dan di seberang saya berdiri beberapa anak laki-laki dan perempuan yang memakai seragam sekolah berwarna putih abu-abu. Sepasang di antara mereka berdiri dekat sekali (padahal kondisi dalam bus saat itu tidak terlalu penuh), berbicara pelan sambil berpegangan tangan sementara yang lainnya tampak cuek saja mengobrol satu sama lain.

Sambil berusaha menahan senyum, pikiran saya langsung dipenuhi dengan dugaan bahwa sepasang anak sekolah itu tadi pastilah sepasang kekasih. Mungkin juga mereka baru saja jadian karena terlihat begitu mesra. Bahkan tampaknya mereka juga tidak merasa risih sedikit pun ketika memperlihatkan kemesraannya di depan publik.

Akhirnya selama sisa perjalanan saya jadi berpikir, sebenarnya perlukah punya kehidupan romansa alias pacaran saat kita masih bersekolah? Yang saya maksud bersekolah di sini adalah selama masa 12 tahun wajib sekolah. Bertahun-tahun yang lalu, tren berpacaran baru dimulai saat masa-masa SMA. Namun, saat ini tren tersebut sudah bergeser karena anak SD pun sudah banyak yang pacaran. Saya sendiri tidak pernah berpacaran sekali pun hingga lulus SMA dan saya tidak pernah malu atau menyesalinya.

Beberapa teman saya semasa sekolah dulu pernah bilang, pacaran itu enak. Enak karena ada yang antar-jemput ke sekolah (apa bedanya dengan mobil jemputan?), kalau nonton bioskop ada yang nemenin, belajar ada yang ngajarin, tugas sekolah ada yang bantuin, jalan-jalan ada yang 'digandeng' dan sebagainya. Tapi disamping semua yang enak-enak itu, saya juga berkali-kali melihat bahwa mereka yang berpacaran semasa sekolah, nilai-nilai pelajaran mereka banyak yang anjlok karena saking asyiknya pacaran, mereka tidak fokus pada kewajiban mereka sebenarnya yaitu belajar. Bahkan tak jarang ketika mereka putus, rasa sedih dan galau berlebihan membuat mereka bukan hanya mengabaikan pelajaran, tetapi juga pergaulan sosialnya.

Saya bukannya ingin mengajari apa yang harus Anda lakukan atau tidak lakukan pada kehidupan Anda, dan saya akui, memang tidak semua dari mereka yang berpacaran di masa sekolah bersikap seperti itu. Banyak juga dari mereka yang studinya malah menjadi lebih baik ketika pacaran. Tapi tentu saja hal itu tergantung pada sikap masing-masing anak. Pada masa-masa sekolah, boleh dibilang pergaulan kita dianggap cukup rawan. Emosi kita pada masa-masa seperti itu masih sangat labil, begitu juga cara kita bersikap ketika menemui masalah. Rasa ingin tahu kita yang sangat besar, ditambah dengan rasa percaya diri yang tinggi akan kedewasaan, tak jarang membuat kita tidak mau mendengar nasihat atau masukkan dari orang lain. Dan dengan sikap yang salah ini, berpacaran di masa sekolah tentu malah akan menjerumuskan kita ke hal-hal yang belum waktunya kita alami. Misalnya, seks bebas yang berakibat kehamilan dini. Kalau sudah begitu, masa depan yang sudah dirancang sedemikian rupa serasa hilang dalam sekejap. Dan bukan si anak saja yang merasa hancur, melainkan orangtuanya pun akan ikut merasa gagal dalam mendidik anaknya.

Saya sendiri baru mengalami pacaran ketika saya sudah duduk di bangku universitas. Percayalah, saat kita sudah kuliah, sedikit demi sedikit cara pandang hidup kita akan mulai berubah karena kita juga mulai dihadapkan pada realitas hidup. Bahwa menjalin relasi dengan lawan jenis bukan hanya perkara "Butterflies in the Stomach" dan menikmati yang enak-enak saja, tetapi juga menghadapi segala kerumitannya. Saat kita lebih dewasa, kita sendiri akan berkomitmen untuk menjalani relasi itu dengan penuh tanggung jawab, karena kita menyadari bahwa segala sesuatu ada resikonya masing-masing yang harus dihadapi, baik besar maupun kecil. Dan sebelum menuju hal itu, alangkah lebih baik jika di masa sekolah kita fokus belajar, memperluas ilmu pengetahuan serta kehidupan sosial kita.

Jangan merasa takut atau minder karena orang menganggap kehidupan kita tidak gaul hanya karena belum pernah pacaran saat sekolah. Justru dengan memperbanyak pergaulan, kita akan mengenal berbagai macam karakter orang. Kita akan tahu bagaimana cara menghadapi orang lain. Dan pada akhirnya kita akan tahu, dengan orang seperti apa kita ingin berbagi hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun