Ketika mendengar Pontianak, hal yang ada dibenak kita adalah kota yang dilalui garis khatuslistiwa. Â Namun selain itu, ibu kota provinsi Kalimantan Barat ini juga dilalui Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Memiliki luas wilayah yang cukup luas 107,82 km2, kota ini berbentuk kesultanan karena didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada 1771. Â Pusat pemerintaah pada saat itu dengan berdirinya Masjid Jami' yang sekarang bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman dan Istana Kadariah.
Waktu tempuh dari Jakarta dengan menggunakan pesawat hanya 1 jam 5 menit saja, kami tiba di bandar udara Supadio. Udara panas menyengat namun kondisi kota yang menyenangkan membuat kami direkomendasikan untuk mencoba wisata kuliner yang sangat digandrungi warga setempat.
Jalan yang diaspal dan cukup lebar tanpa kemacetan membuat perjalanan menjadi lebih menyenangkan. Karena perut masih terasa kenyang tentunya paling tepat untuk menyeruput kopi A Siang yang rasanya sungguh nikmat.
Warung Kopi (WK) sangat banyak di Pontianak, dan selalu ramai dikunjungi. Namun ada beberapa yang paling digemari dan selalu ramai oleh pengunjung yaitu WK A Siang dan Aming. A Siang merupakan turunan generasi kedua pemilik WK. Ia meracik sendiri kopinya menjadi bubuk kopi, dan menjalankan tugasnya sebagai penjual kopi. Keunikan yang ditampilkannya dengan tidak menggunakan baju, hanya menggunakan celana pendek, kopi ditarik-tarik. Gelas atau cawang saji yang digunakanpun memiliki ciri khas yaitu terbuat dari tanah liat yang bercorak gaya Tiongkok, menjadikan kopi menjadi lebih nikmat.
WK di Pontianak menyajikan kopi asli Pontianak dilengkapi dengan penganan kue-kue tradisional setempat seperti nagasari, lemper, pastel, pisang goreng, bakwan dan lainnya.
Pisang goreng Pontianak perlu digaris bawahi (rekomended) kenikmatan pisang kepok tanpa biji yang sangat lezat. Â Pisang goreng diselimuti tepung lalu digoreng garing, diatasnya dilumuri selai serikaya yang manis. Â Rasa manis alami meresap pada saat dikunyah menjadikan pisang ini selalu disajikan di WK-WK Pontianak.
Variasi dari menu pendamping ini juga menjadi kekhasan dari masing-masing WK dan menjadikan magnet tersendiri bagi pengunjung. Â Seperti kopi Aming yang juga memiliki kopi nikmat dengan roti serikaya menjadi pendampingnya.
Hari semakin siang, setelah mampir di hotel rasa lapar sudah menyerang. Â Rekomendasi selanjutnya Restoran Ale-Ale yang letaknya juga masih di tengah kota. Penganan seafood yang mendominasi, dengan hasil laut yang dapat dipilih sendiri.Â
Chai Kwe, menjadi pilihan kami yaitu penganan semacam lumpia basah yang diisi bengkuang, kucai, dan keladi yang disantap dengan sambal khas. Selain itu juga ikan asam pedas yang khas dengan kuah berwarna kemerahan, menambah kesegaran makan siang kami. Â Pedasnya ikan dapat ditoleransi dengan es lidah buaya yang segar.
Menu berserat juga menjadi pelengkap santapan siang ini dengan pilihan sayur keladi dan pakis muda yang sangat recomended.
Untuk memuaskan lidah kami, tidak lengkap rasanya tanpa menikmati seafood khas pontianak. Udang lobster yang gurih dimasak gulai pakis sungguh menggugah selera yang menjadi khas di restoran Ale-Ale.
Lihat Travel Story Selengkapnya