Mohon tunggu...
Irma Yulia Purnamatanti
Irma Yulia Purnamatanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Resensi Novel "Kota yang Berumur Panjang"

22 September 2023   09:04 Diperbarui: 22 September 2023   09:13 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.google.co.id/books/edition/Kota_yang_Berumur_Panjang/sghGEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&printsec=frontcover

Judul Buku      : Kota yang Berumur Panjang
Penulis             : Tjak S. Parlan
Penerbit           : BASABASI
Cetakan            : Pertama, Desember 2017
Tebal Buku      : 200 halaman
ISBN                   : 978-602-6651-61-7

Novel “Kota yang Berumur Panjang” merupakan salah satu karya dari Tjak S. Parlan. Novel ini berisi kumpulan-kumpulan cerpen dengan berbagai tema. Dari judul tersebut mungkin pembaca berpikiran bahwa isi keseluruhan dari novel tersebut bercerita tentang kota yang berumur panjang. Namun novel “Kota yang Berumur Panjang” ini sungguh tidak terduga dengan isi ceritanya. Novel ini tidak menceritakan tentang Kota yang Berumur Panjang pada awal hingga akhir bab, melainkan hanya pada bab pertama saja. Terbilang cukup unik karena pembaca disuguhkan dengan cerita-cerita menarik hanya dalam satu buku. Cerpen yang terkandung dalam novel tersebut terdiri dari berbagai tema yang nyaris serupa. Penulis menyebutkan maksud dari cerpen cerpen tersebut sebagai upaya keras untuk menjaga ingatan-ingatan kecil tentang cinta yang mencakup kepedihan, kehilangan, pilihan untuk menepi, keteguhan hati, dan kegembiraan yang sederhana. Semua cerita tentang ingatan kecil itu bisa berasal dari apa saja, seperti film favorit, bacaan kesukaan, minuman kesukaan, cerita-cerita teman, potongan lagu, penggalan mimpi, peristiwa-peristiwa tertentu,dll.

Novel ini terdiri dari 23 judul cerita. Setiap kisah dalam cerita tersebut memiliki keunikan masing-masing. Seperti pada cerita ke-9 yang berjudul “Daun-Daun Kenari Menggigil”, dalam cerita itu banyak tersirat makna kiasan yang membuat pembaca untuk mencerna lebih dalam mengenai maksud dari cerita tersebut. Jika sudah memahami maksudnya, tentu pembaca akan merasa bahwa cerita tersebut sangat unik dan menarik. Selain cerita dengan makna kiasan, ada juga cerita dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami. Contohnya pada cerita ke- 17 yang berjudul “Seekor Kucing yang Mati di Suatu Pagi”, cerita tersebut tentang seorang istri yang sangat menyayangi kucing, namun suaminya tidak menginginkan kehadiran kucing di rumahnya. Hingga tak sengaja sang suami melindas kucing tersebut saat akan mengeluarkan mobil dari garasi.

Dalam novel ini, penulis banyak menggunakan makna kiasan pada sebagian besar ceritanya. Hal tersebut mampu menghidupkan suasana yang berbeda dalam setiap cerita yang berbeda. Untuk itu, tugas pembaca lah yang menjaga suasana tetap seperti yang penulis inginkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun