Berusaha keras merubah asumsi tentang beliau tidak semudah menerima salam supernya Mario Teguh, butuh setidaknya tiga tahun meramu mind set untuk menampung puzzle-puzzle yang beliau tanam di sepanjang deretan kultum yang entah siap atau tidak kukunyah di setiap sarapan bahkan menyelip di antara dentingan sendok makan malam yg terkadang lebih nyesek dari Mamah Dede (red:sambil menarik nafas miris)
Pembawaan sederhana dengan senyum anti kamuflase dibalut kelembutan sikap bebas sandiwara membuat kharisma beliau menjadi begitu kuat dan faktanya ini bukan penilaian subyektif pribadiku, rupanya ini telah menjadi kesepakatan berjama’ah di sekitarku. Salah satu hal yang paling membrutalkan saraf analisaku adalah peralihan oktaf nada semangat beliau di setiap emosi kultumnya,mengikuti ritmenya seperti energi hipnosis Adele dengan “someone like you”nya,tarian nada emosi beliau mengalun alami,jernih,terkadang terjadi distorsi lalu ditutup dengan nada apik atau saya bungkus apik saja demi kenyamanan telinga..hehehe...ini menjadi salah satu indikator penarikan asumsiku mengenai keabsahan alur cerita dibalik bungkusan rapi petuahnya. Jika waktu agak lapang maka rentang waktunya bisa menjadi tiga puluh menit,tapi jika waktu sarapanku di ujung tanduk maka efek buru-buru bisa menjadi rem otomatis yang menghemat ledakan aliran transfer energi beliau menjadi cukup tujuh menit saja...fufufu...
Kali ini tema hangat makan malamku disuguhi cerita dari negeri padang pasir, ini masih rangkaian sisa-sisa kenangan ber ‘rukun islam’ yang kelimanya beberapa tahun yang lalu. Berawal dari sweeping rutin ala jemaah haji di Makkah al Mukarramah maka mengalirlah perahu ingatan ikhwah fillah yang menggiring ceritanya ke meja makan kami malam ini. Semua orang tahu, nama yang terlalu ekstrim untuk kalangan muslim pada umumnya bisa menjadi penarik nafsu interogasi petugas keamanan untuk menyelidik lebih tajam.
Karena beliau paham namanya telah memancing kecurigaan petugas maka ide yang terlontar dikepalanya hanyalah bunyi ayat “innamal mu’minuuna ikhwah” jawabnya frontal.
tanpa disangka-sangka petugas yang tadinya memasang muka pagar besi melunak dan tanpa ragu-ragu langsung merangkul beliau dengan hangat lalu membiarkan beliau berlalu dan berkata
“tafaddal” dengan wajah sumringahnya.
Ini tentunya menjadi ulasan hangat bagi teman-teman jama’ah haji lain yang mendampinginya.
“ternyata bisaki’ bahasa Arab juga pak” sela kawannya.
“saya jawabji dengan surah Al-Hujurat ayat 10 tadi itu pak” jawabnya santai.
Dan ketika petugas itu berlalu maka tinggallah mereka dalam ketakjuban rapalan sebuah ayat yang begitu saja keluar dari bibir beliau. maka mengalirlah cerita seru seputar rapalan surah Al-Hujurat ayat 10 tadi dari mulut ke mulut.
Sudah menjadi rahasia umum jika kemampuan hapalan ayat beliau memang menakjubkan dan kadang membuat terperangah dan malu sendiri. Label muallaf bukan penghalang untuk beliau belajar menggali pengetahuan agama yang lebih besar dibanding orang-orang pada umumnya, tingkat kepercayaan diri yang tinggi dipadukan haqqul yaqin rupanya sudah menjadi ramuan dahsyat kemampuan daya hapal diusia senja berpadu dengan intonasi lugas tanpa tedeng aling-aling membuat kemampuan komunikasi beliau menjadi tak terbantahkan. Nyelekit yang dibungkus manis, menjadi trade mark beliau yang lebih sering membuat jengah bin waspada...hehehe..santun,lugas,idealis,frontal,disiplin tentunya sebuah kemasan apik yang bisa menjadi penyokong energi motivasi yang luar biasa bukan sekedar tayangan video hidup yang numpang lewat di mata dan telinga ataukah siraman rohani yang hanya menyentuh ketika disimak lalu menghilang seiring angin yang berlalu. Selayaknya spion yang selalu penuh cinta,tak lupa untuk menengok ke belakang dan senantiasa waspada ketika harus belok ke kanan dan ke kiri, sederhana tapi penuh manfaat. Seorang bapak,guru kehidupan,sosok yang bukan hanya menjadi figur orang tua tapi panduan hidup untuk melangkah dan melihat lebih lapang dan luas..kemanapun kami melangkah,sejauh apapun kami berjalan, energi motivasimu selalu akan membayangi, menghantam sisi ego, mengisi denyut nadi kehidupan yang akan terus mengalir jauh dan jauh...
Best Regards,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H