Mohon tunggu...
irmatus saidah
irmatus saidah Mohon Tunggu... -

fighting

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kreatifitas

12 Desember 2013   22:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:59 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kreatifitas adalah berpikir di luar otak, atau suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu di pandang menurut kegunaannya). Kreatifitas itu berpikir sesuatu yang belumterpikirkan oleh orang lain. Pikiran yang nyleneh itu yang dinamakan kreatifitas. Kemudian proses kreatif itu ada empat tahapan, yaitu : Persiapan, Inkubasi, Iluminasi, dan Verifikasi. Contohnya ketika kita menulis artikel, kita mengumpulkan data atau informasi-informasi yang akan kita buat sebuah artikel itu termasuk tahap persiapan, Masa diam sejenak, tidak ada usaha langsungyang dilakukan untuk memecahkan masalah itu termasuk tahap Inkubasi, tahap Iluminasi itu Suatu kondisi dimana telah menemukan ide tentang apa yang bisa diperbuat dengan data2 tersebut. Dan yang terakhir tahap Verifikasi itu adalah Tahap dimana kita menguji ide yang kita temukantersebut sesuai atau tidak, berguna atau tidak dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Dalam kreatifitas juga ada yang namanya teori investasi Kreatifitas, singkatnya adalah menjual dengan harga tinggi. Ketika kita bisa mengubah something yang awalnya tidak bernilai, kita jadikan sesuatu yang sangat berharga dan mempunyai nilai jual yang tinggi, itu dinamakan investasi kreatifitas. Penilaian kreatifitas itu sangat subjektif, jadi orang berbeda-beda dalam menilai seseorang yang kreatif.

J.P. Guilford (1967) telah mengembangkan dan menguji teori tentang kemampuan mental (yang mencakup kreativitas). Guilford membedakan tipe berpikir menjadi dua macam, yaitu berpikir konvergen / terpusat (convergent thinking) dan berpikir divergen / menyebar (divergent thinking). Misalnya, ketika kita diberi kata Mister Kanof dan kita disuruh untuk membuat sebuah kalimat dari kata itu, orang yang berpikiran konvergen akan membuat kalimat seperti ini “Mister Kanof adalah sebuah nama”, sedangkan orang yang berpikiran divergen kalimatnya akan seperti ini “ Mister Kanof jualan cilok di depan UIN”. Jadi orang yang berpikir divergen itu lebih luas pemikirannya dibandingkan dengan konvergen. Kemudian ada lagi misalkan kita disediakan pipa sedalam 2 meter dan sebuah bola. Bola itu dimasukkan kedalam pipa yang kedalamannya 2 meter itu. Kemudian kita disediakan tali jempuran, palu, pahat, pensil, lem, Kawat gantung, bagaimana kita mengeluarkan bola dari pipa dengan alat-alat yang disediakan itu. Mungkin kita akan berpikir “jika saya boleh menghancurkan salah satu dari bola, lantai, atau pipa maka saya akan melakukannya”. Tetapi sebenarnya hal yang bisa dilakukan adalah dengan mengencingi pipa tersebut dengan air kencing, dan otomatis bola itu akan keluar. Sayangnya itu tidak terpikirkan oleh kita, karena hal itu adalah perbuatan yang melanggar norma asusila kalau di negara kita, jadi hal itu merupakan hambatan-hambatan budaya yang mempengaruhi kreatifitas kita.

Sekiaaan, semoga bermanfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun