Mohon tunggu...
Irma Sustika
Irma Sustika Mohon Tunggu... profesional -

Soft skill trainer- Sales Coach, Pembina & Konsultant UKM - Owner ISF Consulting. - Founder Womanpreneur Community - penerima ISMBEA 2013

Selanjutnya

Tutup

Money

Wooow dari Sebuah Warung Tenda

4 Oktober 2012   13:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Artikel ini sebenarnya artikel lawas saya yang pernah saya tulis di blog saya sebelum pindahan ke sini sebuah konsep layanan yang patut ditiru dan diterapkan oleh siapapun dan sebuah pengalaman pelanggan yang WOW yang pernah saya terima dari sebuah bisnis kaki lima .

Siapa yang tidak pernah melihat warung tenda di Jakarta ini, hampir disetiap pelosok kita selalu melihat keberadaan mereka, saya dan ke dua anak saya sangat menyukai petualangan makan di warung warung tenda, yang bertebaran di seluruh wilayah Jakarta ini. Namun dari sekian banyak tempat yang pernah saya datangi, , ada sebuah warung tenda yang menjual pecel lele yang sangat mengesankan saya dan anak anak saya, bukan cuma rasanya yang wueenak, tapi juga penjual nya yang sekaligus juga pemilik warung itu.
Sepasang suami istri yang berasal dari Madura, mencoba mengadu nasib ke Jakarta dengan berbekal uang seadanya.

Sang isri yang selalu setia mendampingi suaminya berjualan pecel lele selama kurang lebih 10 tahun ini telah membuat warung tenda nya selalu penuh dengan pengunjung, bahkan pembeli harus rela antri mendapatkan tempat duduk. Hebatnya si ibu pemilik itu hampir hafal seluruh nama pengunjung yang datang, dia selalu menyambut dan menyapa setiap pembeli yang datang dengan sapaan nak, didepan nama pembeli pembeli nya dan dia selalu berkeliling ke pengunjung yang sedang makan, untuk menanyakan, mau tambah apa lagi nak Ika ( panggilan saya di rumah )? Ada yang kurang nak? ungkapan ungkapan nya itu benar benar bagai sapaan seorang ibu, adeem rasanya menelan butiran butiran nasi uduk yang masuk kedalam mulut.
Bahkan pegawai pegawainya selalu siap memenuhi kebutuhan para pembeli, sebelum kita meminta nya, begitu melihat isi gelas kita berkurang , dengan sigap mereka langsung mengisikan nya kembali, tanpa kita harus meminta

Apa yang berbeda dari warung tenda itu ?

Bisa anda terka, Ibu penjual pecel lele itu sangat mengutamakan PELAYANAN . Walaupun dia tidak pernah mengenal ilmu apalagi mengikuti training training mengenai pelayanan prima, tapi ibu tersebut mampu menerapkan prinsip prinsip dalam memberikan Service Excellence kepada pengunjungnya.
Dia selalu menyapa dengan baik dengan menyebutkan nama pelanggannya , dia begitu mengenal pelanggan pelanggannya dengan baik, mengetahui kebiasaan kebiasaan pelanggannya, dan memberikan yang dibutuhkan pelanggannya tanpa harus diminta, bahkan setiap kita selesai makan dia tidak pernah lupa meminta umpan balik dari para pengunjungnya

Pelayanan membuahkan Kesuksesan

Ibu pemilik warung ini rupanya sangat mengutamakan pelayanan dalam menjalankan usahanya, Kan pembeli itu raja, jadi saya harus melayani mereka dengan baik, walaupun saya cape atau lagi kesal, begitu katanya, saat saya mempunyai kesempatan untuk ngobrol dengan dia disela sela kesibukannya melayani pengunjung yang datang.
Yang membuat saya tercengang , berkat modal seadanya yang hanya sebesar Rp 150.000,- ketekunan, kegigihan, dan sangat mengutamakan pelayanan, kini dia memiliki asset yang tidak sedikit, bahkan bisa dikategorikan kedalam perusahaan golongan menengah. Mereka sekarang mampu memiliki 3 buah rumah mewah di Jakarta, 1 buah ruko yang nilainya lebih dari 1 M serta 2 buah di Lamongan desa darimana mereka berasal.

Benar benar suatu hasil yang patut diacungkan jempol, sebuah usaha informal, namun mampu menerapkan prinsip prinsip kepuasan pelanggan
Cobalah kita amati disekeliling kita, begitu banyak bidang bisnis yang belum mampu mengutamakan kepuasan pelanggan,masih begitu banyak yang tidak mengangap penting pengalaman pelanggan,  yang tidak menganggap bahwa pelanggan adalah asset bisnis mereka, yang masih kurang menyadari bahwa tanpa pelanggan apapun jenis usaha yang dijalankan akan mati dengan sendirinya.

Irma Sustika , LUTCF

Inspirator-Trainer -Penulis buku Life For Happiness

www.irmasustika.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun