Mohon tunggu...
Irma Susilawati Dana
Irma Susilawati Dana Mohon Tunggu... -

suka menulis, travelling, photography dan kuliner

Selanjutnya

Tutup

Nature

Green Earth, Mengolah Sampah Plastik di Desa Pasir Buncir

6 Juni 2011   04:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:49 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sungguh panjang perjalanan Nina Nuraniyah sebagai salah satu Climate Generation dari  Indonesia - dalam mengikuti Leadership Workshop “Developing Climate Solution – Entrepreneurial Approaches To Addressing Climate Challenges And Opportunities 2010 yang diadakan oleh The British Council di Hanoi, Vietnam, seperti yang diceritakannya pada Obrolan Kamis Sore Mei 2011.

Berbagai tahapan harus dilaluinya, mulai dari pelatihan Program Management Leadership for Climate Change di tingkat nasional, kemudian perjalanan menjadi Social Entrepreneur & Menoring di Jakarta, menjadi fasilitator dalam program Climate Smart Leader sampai akhirnya ke Hanoi. Materi workshop di Hanoi, meliputi Leadership, Project Management, Community and stakeholder Engagement, Partnership and Networks, Social entrepreneurship, dan Introduction to social media. Intinya, dalam workshop ini peserta dilatih untuk mengemukakan ide-idenya dalam mencari jalan keluar dari masalah iklim, mewujudkannya dalam bentuk kegiatan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, serta “memasarkan” ide-ide ini agar mendapat dukungan dari masyarakat luas. Selain Indonesia, workshop ini sendiri diikuti oleh wakil dari Jepang, Thailand, Korea Selatan, Cina, Vietnam, dan Australia.

Tidak hanya kegiatan di dalam kelas saja,  saat workshop peserta juga diajak mengunjungi restoran KOTO,  yang terkenal di Hanoi.  Restoran KOTO ini juga mempunyai kegiatan sosial. Sebagian hasil dari penjualan disisihkan untuk membantu anak-anak yang tidak mampu, agar bisa melanjutkan sekolah ketrampilan khususnya bidang kuliner. Para lulusannya disalurkan untuk bisa bekerja di restoran- restoran yang ada di Hanoi atau di luar Hanoi.

Nina Nuraniyah,  mengelola sebuah komunitas bernama Green Earth, di Desa Pasir Buncir, Kecamatan Caringin, Bogor.  Fokus kegiatan Green Earth adalah pengelolaan sampah plastik dan sanitasi.  Kegiatan di Green Earth –lah yang membawa Nina lolos  menjadi salah satu Climate Generation -  British Council.

“Awalnya saya prihatin dengan kondisi lingkungan di sekitar rumah, banyak sampah plastik, saya ingin masalah sampah ini mendapat perhatian dari berbagai pihak. Ada keinginan untuk mengelola sampah ini. Berbekal ide ini saya mendatangi SMA Negeri 1 Bogor, dan memresentasikan kegiatan Green Earth , mereka tertarik dan berlanjut. Saat itu tidak ada dana  sepeser pun. Tapi kegiatan tetap berjalan,” Nina menjelaskan awal mula Green Earth berdiri dan melakukan terobosan di dalam mengelola sampah plastik dan produk yang dihasilkannya.

Sejak itu, progam Green Earth berkembang. Mulai dari pendampingan kepada kelompok pengajian ibu-ibu, serta remaja putri di Desa Pasir Buncir, dan melakukan pertemuan rutin. Pelatihan membuat produk dari sampah plastik satu minggu sekali.  Untuk memulai dengan kelompok ibu-ibu, Green Earth masuk melalui isu ekonomi,  yaitu bagaimana dengan mengolah sampah ini dapat meningkatkan pendapatan dalam rumah tangga, dan berhasil.

Pertama kali, mengadakan pertemuan dengan Ibu-ibu di Desa Pasir Buncir dijelaskan mengenai sampah dan kesehatan, disertai permainan.  Mereka juga dilatih membuat dompet kecil. Selesai pelatihan, sebanyak 30 ibu-ibu memberikan respon positif. Hingga sekarang ada 12 orang di sana yang aktif melakukan pertemuan.

Akhirnya Nina mengumpulkan kembali ibu-ibu yang antusias untuk melanjutkan pelatihan keterampilan dari sampah plastik tadi. Mereka sepakat meluangkan waktu setiap hari selama satu jam,  setelah selesai mengaji. Mereka datang sendiri bahkan sudah bisa ditinggal oleh Nina untuk membuat kerajinan, kegiatan ini terus berjalan sejak September 2010 hingga sekarang.

“Selain pintar membuat kerajinan dari sampah plastik tersebut, ibu-ibu ini juga saya latih untuk bisa mempresentasikan kegiatannya, sekarang mereka sudah melakukan pendampingan untuk sekolah dan pesantren. Selain meningkatkan kapasitas kelompok ibu tersebut, kegiatan yang sekarang berjalan yaitu, pengembangan produk, pemasaran produk, membuat kompos dan berjejaring, memperluas pertemanan untuk menjual produk yang dihasilkan dari sampah plastik,” Nina lengkap bercerita.

Komunitas Green Earth juga mengembangkan ide Bank Sampah, yaitu mengumpulkan sampah plastik. Setiap jenis sampah plastik memiliki poin sendiri, dan pengumpulan poin sampai jumlah tertentu dapat ditukar dengan minyak goreng atau gula pasir, walau pun jumlah “reward” ini tidak besar, tapi ini cukup sebagai pendorong masyarakat untuk “membersihkan” sampah.

Mengenai pengumpulan sampah plastik, dimanakah tandonnya? Apakah di rumah warga Desa Pasir Buncir? Modalnya dari mana? Dan kemana produk yang sudah dibuat dipasarkan? Pertanyaan itu dilontarkan oleh Age, dari Wildlife Conservation Society, Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun