"Ucok, hey Ucok!"
Ucok, teman saya yang Ayahnya sopir angkot tembak dengan banyak anak itu, menoleh.
"Apa?" matanya tambah sipit karena tersenyum.
"Maneh, rek natalan nya?" Budi, teman saya yang lain menjajari langkahnya.
(Kamu mau merayakan Natal ya, Cok).
Bersemangat Ucok mengangguk. Ayahnya boleh jadi hanya seorang sopir tembak, namun Ucok otaknya encer macam cendol hijau yang diaduk dengan gula (dan es yang terlalu banyak). Ia paling jago matematika di SD kami dulu.
"Naha si Ucok natalan?" Arief bertanya.
(Kok Ucok merayakan Natal?)
"Apanan si eta mah karesten, ai maneeh ..."
(kan dia orang Kristen)
"Ooh ... Selamat Natal ya Cok!"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!