"Mardi Lestari".
Nama itu yang tiba-tiba saya ingat, ketika melihat dengan haru, perjuangan Lalu Mochammad Zohri, 18 tahun, asal Lombok yang memenangi kejuaraan dunia atletik untuk kategori 100 meter putra di Finlandia.
Mardi Lestari, disebut dengan senyuman, oleh Pak Zul, guru olahraga saya di kelas empat SD. Kamu tau kan, pelajaran olahraga tidak melulu praktek papanasan di lapangan? Ada juga yang di kelas. Ini bagian yang saya sukai, sebab saya tidak suka lari (sukanya lari dari kenyataan, hiks) dan saya suka fakta.
*saya suka mengumpulkan apa yang disebut orang sebagai useless information but interesting, seperti fakta bahwa anggota Swiss Guard itu semuanya laki-laki yang sudah bersumpah hidup selibat untuk menjaga Vatikan*
Kembali ke pelukan kenangan ... eh ... ke topik.
Mardi Lestari, sekarang 49 tahun, asal Binjai Sumatera Utara, dijuluki manusia tercepat se-Asia pada zamannya. Ia bolak-balik memenangi medali emas di ajang Sea Games dan sempat menembus perempat final (16 besar) Olimpiade 1988 di Seoul.
Bahkan pada Sea Games 1995 pun, pamor Mardi Lestari tetap 'ditakuti' para lawan tandingnya, padahal saat itu ia sudah berusia 30 tahun. Sekarang, Mardi Lestari tetap aktif, melatih para atlet daerah di Binjai.
Pak Zul, guru olahraga saya itu, mengatakan kami harus bangga dengan bangsa sendiri, sebab Mardi Lestari namanya harum sampai ke luar negeri. Wow, luar negeri itu jauh sekali, saat itu, tahun 1988, era dimana informasi mengenai negara orang, hanya bisa saya lihat di Buku Pintar dan RPUL.
*sentil kalo masi ada anak zaman now yang males baca en gugling*
Di luar bulutangkis, ada banyak nama atlet Indonesia, yang kehebatannya diakui masyarakat Internasional. Bambang Pamungkas atau Bepe, adalah pesepakbola yang dulu pernah memperkuat Persija. Ia dijuluki icon sepakbola Asia, salah satu top scorer ajang AFF, masuk ke daftar 10 pesepakbola top di Asia versi ESPN Soccernet.