Mohon tunggu...
Irma sugrianti Solihat
Irma sugrianti Solihat Mohon Tunggu... Guru - Dream come true

menuju keabadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Mayat dikali Bekasi: Sebuah Renungan Antara Kehidupan dan Kematian

23 September 2024   17:25 Diperbarui: 23 September 2024   17:45 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Merenungkan kematian membuat kita sadar bahwa dunia ini sementara, dan pada akhirnya kita akan diminta pertanggungjawaban atas semua yang kita lakukan. Allah berfirman, "Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan permainan dan senda gurau, dan sungguh negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui." (QS. Al-Ankabut: 64).

Tidak ada waktu khusus untuk merenungkan kehidupan dan kematian. Kapan pun kita bisa melakukannya, baik saat sedang sehat maupun sakit. Namun, momen-momen di mana kita mendekati maut, seperti ketika sakit parah atau setelah mengalami kejadian yang hampir merenggut nyawa, biasanya menjadi saat di mana kita paling sadar akan fana-nya dunia. Tetapi sebenarnya kita dianjurkan untuk selalu mengingat kematian setiap hari, dari setiap peristiwa yang kita lihat dan saksikan bisa menjadi alasan untuk merenungkan mengenai kematian.

Renungan ini bisa dilakukan di mana saja. Di rumah, di masjid, atau bahkan saat kita sedang duduk sendirian di alam terbuka. Kita diajarkan untuk tidak selalu disibukkan oleh urusan dunia. Sesekali, penting untuk menarik diri dan merenung, mencari ketenangan dan mengingatkan diri kita bahwa ada kehidupan setelah mati.

Kita bisa melakukan perenungan dengan dimulai dengan memikirkan tentang tujuan hidup kita di dunia. Apa yang telah kita lakukan selama hidup ini? Apakah kita sudah menjalankan perintah Illahi dengan baik? Apakah kita sudah mempersiapkan bekal untuk akhirat?

Dalam merenungkan kematian, kita juga harus mengingat bahwa kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti jika kita sudah mempersiapkan diri dengan iman dan amal saleh.

Rasulullah SAW bersabda, "Orang yang cerdas adalah orang yang mengendalikan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah." (HR. Tirmidzi). Dengan kata lain, mereka yang cerdas adalah yang tidak lupa mempersiapkan bekal akhirat.

Kehidupan dan kematian adalah dua sisi dari satu koin. Ketika kita memahami bahwa hidup di dunia ini sementara dan kematian adalah awal dari kehidupan yang abadi, kita akan lebih menghargai setiap momen yang Allah berikan.

Hidup di dunia haruslah kita jalani dengan penuh syukur, mengikuti perintah Allah, dan menjauhi larangan-Nya. Kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan jembatan menuju kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang beriman dan beramal saleh. Jadi, mari kita selalu merenungkan arti hidup dan mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebelum kita mencapai ujung nafas terakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun