Mohon tunggu...
Irma sugrianti Solihat
Irma sugrianti Solihat Mohon Tunggu... Guru - Dream come true

menuju keabadian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

7 Mayat dikali Bekasi: Sebuah Renungan Antara Kehidupan dan Kematian

23 September 2024   17:25 Diperbarui: 23 September 2024   17:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mayat yang disinyalir bukan merupakan korban kekerasan karena tidak ditemukan bekas luka benda tumpul atau apapun pada tubuh mereka.

Menurut informasi sekilas kejadian itu karena mereka menceburkan diri kesungai, karena ketakutan dengan adanya patroli. Mereka bermaksud menyelamatkan diri dari jeratan hukum dunia sehingga nekat menceburkan diri ke Sungai tanpa berpikir bahwa itu merupakan akhir dari kehidupan di dunia.

Memang Rasa takut yang berlebihan dapat dengan mudah menutupi akal sehat, membuat seseorang sulit berpikir jernih dan rasional. Ketika ketakutan menguasai pikiran, keputusan yang biasanya logis seringkali tergantikan oleh respons emosional yang tidak seimbang.

Orang bisa mengambil tindakan impulsif atau justru terjebak dalam kebingungan tanpa berani melangkah. Dalam situasi ini, akal sehat menjadi kabur karena ketakutan menciptakan bayangan-bayangan negatif yang belum tentu nyata, membesar-besarkan ancaman dan mengabaikan solusi yang sebenarnya ada. Ketika rasa takut menutupi akal, kita rentan terperangkap dalam ilusi dan kehilangan kendali atas diri sendiri.


Mereka tidak berpikir bahwa hal yang mereka lakukan akan menjadi akhir dari perjalnan hidupnya. Memang tak seorangpun d idunia ini yang mengetahui tentang ajalnya sebab kehidupan dan kematian adalah dua hal yang pasti dalam hidup manusia, dan keduanya merupakan bagian dari rahasia rencana Illahi.

Dari kejadian itu kita bisa merenungkan arti hidup di ambang kematian bisa menjadi sebuah perjalanan spiritual yang mendalam. Bagaimana kita memahami kehidupan dan kematian yang hanya berjarak setipis sutra.

Kehidupan adalah amanah yang Allah berikan kepada setiap hamba-Nya. Di dalamnya, kita dituntut untuk beribadah, berbuat baik, dan menjalani perintah-Nya. Kematian, di sisi lain, adalah pintu menuju kehidupan abadi, di mana segala amal perbuatan kita di dunia akan dipertanggungjawabkan.

Allah berfirman, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati." (QS. Al-Ankabut: 57). Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan yang sebenarnya.

Semua makhluk hidup pasti akan menghadapi kematian. Tidak ada satu pun yang bisa lolos dari siklus kehidupan dan kematian. Setiap manusia, dari nabi hingga orang biasa, akan menghadapi kematian.

Bahkan Rasulullah SAW, manusia yang paling mulia, telah menjalani fase ini. Kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan jika kita mempersiapkannya dengan baik. Rasulullah SAW bersabda, "Perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan (kematian)." (HR. Tirmidzi). Mengingat kematian sebenarnya adalah pengingat bagi kita untuk hidup lebih baik.

Kita harus merenungkan kehidupan dan kematian, karena dengan merenungkan keduanya, kita bisa lebih memahami tujuan hidup kita di dunia ini. Hidup bukan hanya tentang mengejar kenikmatan dunia, melainkan tentang bagaimana kita bisa menjadi hamba yang taat, menjalani kehidupan sesuai syariat Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun