Kramas, Semarang (2/7/2020), Mahasiswa Universitas Diponegoro melaksanakan Kuliah Kerja Nyata yang disebut KKN. Pelaksanaannya cukup berbeda dari tahun sebelumnya, dimana mengusung konsep "KKN Mandiri" dengan tema "Pemberdayaan Masyarakat di tengah Pandemi COVID-19 Berbasis Pada Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG's)".Â
Saat ini, sampah plastik menjadi permasalahan utama yang sering dijumpai di Indonesia bahkan dunia karena jumlahnya yang terus meningkat setiap harinya dan menjadi salah satu sumber pencemaran lingkungan. Sifat plastik dan penggunaan yang berlebih dapat merusak ekosistem darat serta laut yang cukup memprihatinkan.
Sejalan dengan hal itu, Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro kemudian melakukan edukasi tentang pengelolaan sampah plastik menjadi ecobrick yang ramah lingkungan. Edukasi ecobrick ini sebagai salah satu cara mengurangi sampah yang dibuang ke TPA serta mampu meminimalisasi proses degradasi sampah plastik menjadi racun dan mikroplastik yang berbahaya.Â
Di samping itu, tentu saja ini memperpanjang usia pemanfaatan plastik. Dalam hal ini, mahasiswa juga mengajak masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan khususnya selama masa pandemi Covid-19. Hal ini dimaksudkan agar sampah-sampah plastik di sekitar lingkungan tidak menumpuk.
Gambar diatas merupakan tahapan pelaksanaan pengelolaan sampah plastik melalui ecobrick yang ramah lingkungan. Adapun produk yang dapat dihasilkan dari ecobrick ini yaitu kursi, meja, tempat sampah dan berbagai produk lainnya sesuai kreativitas. Proses pembuatan ecobrick membutuhkan alat-alat sederhana seperti botol plastik yang sejenis dengan ukuran yang sama, sampah plastik, dan stik kayu untuk memadatkan plastik dalam botol. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam prosess pembuatannya yaitu:
- Botol harus dalam keadaan bersih dan kering
- Sampah plastik harus dalam keadaan bersih dan kering untuk menghindari bakteri tumbuh di dalam botol ecobrick
- Sampah plastik yang menjadi isian botol harus padat dan merata
- Berat minimum ecobrick berdasarkan botol plastik yang digunakan yaitu 500 ml menjadi 175 gram, 1000 ml menjadi 350 gram, 1500 ml menjadi 525 gram dan 1750 ml menjadi 613 gram.
Pelaksanaan edukasi ecobrick tersebut berlokasi di salah satu rumah ibu PKK RW 01 RT 03 yang di hadiri oleh belasan ibu-ibu PKK dengan tetap mengenakan masker sebagai protokol kesehatan.  Respon yang diberikan pun sangat baik, terlihat dari ibu-ibu yang sangat antusias mengajukan pertanyaan ke mahasiswa terkait ecobrick. Harapannya, dengan adanya edukasi pengelolaan sampah plastik menjadi ecobrick yang ramah lingkungan, masyarakat RT 03 Kelurahan Kramas semakin sadar akan bahaya sampah plastik apabila tidak dikelola dengan baik serta dapat menyebabkan bahaya pada lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Ecobrick menjadi salah satu cara memanfaatkan kembali sampah plastik  karena mudah dan bisa dilakukan semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H