Mohon tunggu...
Irma R. Priyadi
Irma R. Priyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang wanita dengan pengalaman yang berbeda dalam setiap tahapannya dengan selalu berpindah tempat tinggal menurut ketentuan Illahi, sekarang bermukim di SWEDIA

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mesin Tiket Toilet: Belajar Meminimalkan Korupsi dari Hal Kecil

6 Januari 2012   16:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:14 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_153852" align="aligncenter" width="640" caption="Mesin tiket toilet di Central Station Copenhagen-Denmark. Dok:pribadi"][/caption] Kasus korupsi sedang marak diberitakan di berbagai media akhir-akhir ini, baik media televisi maupun media cetak dan online. Setiap hari dan setiap waktu semua berita selalu mengupas tentang kasus korupsi yang terjadi di lembaga A sampai Z, yang dilakukan oleh si A hingga si Z dalam berbagai kasus yang pada akhirnya sulit terungkap. Sebagai masyarakat biasa tentu bosan dan miris mendengar berita yang sama setiap hari dan menyaksikan setiap tayangan yang menjadi santapan setiap saat. Sepertinya kasus ini bukan menjadi suatu hal yang memalukan (aib) namun sudah menjadi hal yang umum dan biasa. Mengapa korupsi bisa terjadi? Seandainya kita bertanya pada bang Napi, tentunya dia akan mengatakan bahwa korupsi terjadi karena ada kemauan, peluang (kesempatan) ditambah birokrasi yang mudah ditembus. Ketika ada kemauan tapi tak ada peluang dan birokrasi tak memungkinkan maka korupsi urung terjadi. Sebaliknya ketika ada peluang dan kemudahan birokrasi namun tak ada kemauan maka korupsi pun tak bisa dilakukan. Demikian pula ketika ada kemauan dan peluang namun tak didukung fasilitas dan birokrasi maka upaya korupsi tak akan berhasil. Itu menurut pemahaman saya pribadi. Dengan sistem yang tertata dengan baik dan teratur dan didukung mental yang baik, maka kasus korupsi minim terjadi. [caption id="attachment_153856" align="aligncenter" width="300" caption="Tarif tiket toilet"]

13258682771325775920
13258682771325775920
[/caption] Selama tinggal di Swedia, sangat minim terjadi kasus korupsi. Itu yang saya tahu dari berita televisi dan media cetak lokal yang selalu gratis dibagikan oleh pemerintah kota. Sangat jarang diberitakan kasus korupsi baik oleh pejabat atau instansi. Atau memang tidak pernah dijadikan berita? Kalaupun memang apa yang dimuat dalam berita benar adanya mengenai minimnya kasus korupsi, ini adalah hal yang wajar mengingat semua sistem telah berjalan dengan baik, tertata dan teratur. Bahkan untuk hal yang kecil dan kita anggap sepele sekalipun seperti masalah toilet atau kamar mandi sangat diperhatikan dengan baik. Di Swedia sebagian besar menggunakan mesin koin untuk bisa menggunakan fasilitas toilet umum. Dengan memasukkan koin sebesar 5-10 kronor (1kr=1300rp), pintu toilet akan bisa dibuka dan memanfaatkannya. Mesin toilet terbaru saya temui baru-baru ini di stasiun sentral Copenhagen-Denmark. Menggunakan mesin khusus, dimana ketika kita memasukkan koin 5 kr Denmark (1kr=1600rp) maka akan keluar tiket dan kita letakkan tiket tersebut ke mesin detektor khusus baru kemudian gerbang kecil menuju jajaran toilet terbuka. Dan kita bisa menggunakan salah satu dari toilet yang bersih itu. Memang, bagi yang tidak terbiasa akan sedikit ribet menggunakannya. [caption id="attachment_153857" align="aligncenter" width="300" caption="Toilet umum di Stasiun Triangeln-Swedia."]
13258683501248194511
13258683501248194511
[/caption] Nah, itu baru hal yang dianggap sepele setingkat toilet. Bagaimana untuk hal yang lebih komplek, misal transportasi, antrian belanja dll.  Untuk transportasi juga menggunakan mesin khusus tiket bus, kita meletakkan kartu prabayar dan terpotong langsung sesuai tujuan. Demikian juga ketika akan menggunakan kereta api sebagai transportasi umum. Pernah suatu ketika, saya melihat seorang ibu yang mau naik bis. Tapi ternyata kartu prabayar-nya sudah habis pulsanya dan tidak bisa terpotong di mesin tiket bus. Ibu itu menawarkan untuk membayar sejumlah uang sebagai penggantinya. Dan sopir itu menolak dengan tegas, malah menawarkan ibu itu naik sampai tempat tujuan secara gratis. Belajar dari mesin toilet dan juga mesin tiket bis. Lalu saya berpikir, bagaimana ya korupsi itu terjadi kalau semua sudah diatur oleh sistem yang baik dan semua pemasukan langsung dikelola dari pusat. Dan belajar dari kejadian dalam bis, ternyata mental sopir bis pun cukup baik untuk menolak menerima sejumlah uang kas yang ditawarkan. Dari hal sekecil mesin toilet-pun korupsi sangat sulit dilakukan, bagaimana untuk hal yang besar dan komplek? Tentu sistem yang diterapkan pun akan lebih baik. Swedia, 6 Januari 2012 Winter with sunny :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun