Mohon tunggu...
irman muhamad ridwan
irman muhamad ridwan Mohon Tunggu... Guru - Sebagai Pengajar ikut serta dalam mencerdaskan anak
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Guru PAI SMPN 2 Cibadak

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Umar Bakri sebagai Guru Honorer

31 Januari 2022   15:46 Diperbarui: 3 Februari 2022   20:27 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mentari pagi menyingsing  ayam mulai berkokok dan kucing mulai pada keluar untuk mencari makan, suara kendaraan terdengar dan suara manusia mulai saling menyahut satu sama lain. Motor yang kreditan sudah lunas bulan kemarin tinggal menyiapkan uang bensin. Setiap hari aku mandi pagi menyiapkan segalanya. 

Ibu waktu masih ada memberitahukan dan menyiapkan sarapan. Jadwal mengajar kesekolah mulai sibuk kebetulan ajaran baru. Kebetulan jadwal sangat padat bukan hanya satu sekolah yang menjadi tugas tapi hampir empat sekolah yang disinggahi untuk mengajar. Sebutan mengajar sebagai guru pada waktu itu disebut umar bakri.

Pengalaman saya ketika honor disekolah. Saya dulu sekitar tahun 2004  sempat menghonor di salah satu sekolah kebetulan pada waktu itu saya baru keluar kuliah di bandung. 

Rumah beliau masih berdekatan dengan saya, sebut saya namanya Pak ayi. Beliau megajak untuk ikut mengajar disekolahnya. Sekolah tersebut letaknya di daerah cisolok palabuhanratu. Kebetulan saya tinggal di palabuhanratu kampung rancabungur rt.01 rw.04. 

Saya anak kedua dari enam saudara. Orangtua pada waktu masih ada ayah . Ayah bekerja sebagai penerangan agama islam (penais) di KUA Palabuhanratu. Ibu sebagai Ibu rumah tangga tapi ibu mempunyai kegiatan selain dari ibu rumah tangga. 

Ibu suka bisnis kecil-kecilan membatu ayah mencari nafkah untuk membiayai anaknya sekolah, pesantren dan kuliah. Ayah dan ibu merasa senang kalau anak-anaknya mandiri tidak lagi  tergantung pada orang tuanya.

Kemandirian anaknya sudah terlihat sama sosok kakak. Dia sudah bekerja di salah satu rumah sakit palabuhanratu sebagai warois (Perawat Rohani Islam) kalau dua kaka perempuan saya. Satu sudah menikah yang satunya lagi sama seperti saya sebagai guru honorer.

Saya pertama mengajar sebagai guru honorer di yayasan milik Pak ayi. Saya selain mengajar saya sebagai tata usaha sekolah pada waktu itu. Pak ayi adalah sosok yang sangat baik hati sekarang sudah lama tidak ketemu. Katanya beliau sudah meninggal dunia. tidak dipungkiri beliau adalah sosok dalam perjalanan hidup saya. 

Saya menjadi honor di sekolahnya Pak ayi tidak lama hampir setahun. Dalam hati saya ingin berpengalaman dulu menjadi tenaga kerja disalah satu perusahaan ikan sebut saja perusahaan AGB pemilik saham orang korea. Disana saya bekerja selama satu tahun setengah karena dalam hati saya tidak ada kenyamanan. 

Alhasil dari bekerja tersebut adalah bisa membeli sebuah motor. Dalam hati saya motor ini adalah untuk modal nanti untuk kembali ngajar disekolah sebagai guru honorer. 

Suatu saat malam tiba di masjid ada perayaan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Kebetulan yang menjadi penceramahnya adalah teman ayah saya. Ayah ngobrol sama Ustad Raudubillah supaya saya bisa bisa mengajar disekolahnya. Pak ustad mengiyakan permintaan ayah saya. Kebetulan ayah saya dianggap guru oleh Pak ustad Raudubillah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun