Mohon tunggu...
Irmaniar Yausuko
Irmaniar Yausuko Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Pendidikan Ekonomi, Universitas Pattimura

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meningkatkan Pesona Pasar Tradisional di Kalangan Remaja

21 Desember 2014   04:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:50 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_342307" align="alignnone" width="681" caption="PASAR MARDIKA"][/caption]

Berkunjung ke pasar trandisional adalah kegiatan yang paling menyenangkan buat saya. melihat sayuran dan jenis-jenis ikan yang beraneka ragam dan segar serta menikmati berbagai makanan trandisonal khas daerah Ambon seperti lemang, embal (kue terbuat dari ubi) dan macaron (kue terbuat dari tepung sagu). Aktivitas tawar-menawar antara pembeli dan pendangan merupakan fenomena yang sering kita lihat dipasar trandisional, selain itu banyak hal yang kita bisa pelajari dari pasar tradisional yaitu kita bisa belajar bahasa daerah dari interaksi para pembeli dan penjual, sifat gotong royong, dan saling menolong antara pedagang dan masyarakat adalah cirri khas dari pasar trandisional.

Pasar mardika adalah pasar tebesar yang berada di Ambon, letaknya tidak jauh dari pusat kota dan berdekatan dengan pantai mardika. Berbagai hasil laut dan perkebunan seperti sayuran hijau, petatas (ubi jalar), kasbih (ubi kayu), kenari serta buah – buah lokal (salak, mangis dan gandaria) dari berbagai daerah di Ambon terdapat di sana dan dijual dengan harga yang murah. ikan asar, dan bunga papaya yang tidak bisa kita temukan di supermarket. dapat kita temukan dengan mudah di pasar mardika, bunga papaya merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk membuat sayur sir-sir, makanan khas Maluku.

[caption id="attachment_342309" align="alignnone" width="270" caption="IKAN ASAR, BUNGA PEPAYA, KENARI."]

1419084008302409013
1419084008302409013
[/caption]

Selain itu di pasar mardika kita masih bisa menemukan masyarakat yang menggunakan sistem barter dalam berdagang adanya keakraban dan kehangatan dari pedangan dan masyarakat membuat sistem barter masih digunakan sampai sekarang. Namun sangat disayangkan minat remaja untuk ke pasar trandisional sangat rendah karena adanya pesaingan dari pasar modern. Remaja saat ini lebih memilih jalan – jalan dan berbelanja di sumpermarket dan pusat perbelanja dari pada di pasar trandisonal. sebagai remaja harusnya kita wajib untuk melestarikan pasar trandisonal dan menjaga agar tetap menjadi asset dan budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu di dalam tulisan ini saya ingin memberikan beberapa ide agar pemeritah dan kita semua dapat melestarikan pasar trandisional dan dapat bersaing dengan pasar modern.

Pertama, memberikan pelatihan kepada para pedangan bagaimana megolah sampah pasar agar tidak menumpuk dan membuat tersumbatnya selokan. Seperti membuat pupuk dari sayuran yang sudah tidak laku dijual, dan membuat kerajinan dari sampah plastic bekas seperti kerajang dari gelas atau botol plastik dan tas dari bungkus makanan ringan. Dengan memberikan pelatihan seperti ini kita dapat megurangi jumlah sampah dan menambah pendapatan mereka dari hasil kerajina tanggan yang mereka buat dan mengurangi pembelian pupuk karena mereka bisa membuat pupuk sendiri.

Kedua mengadakan festival budaya atau pameran di pasar trandisional yang dapat menarik perhatian generasi muda. Dengan adanya kegiatan ini kita bisa memberikan hiburan kepada para pedangan dan menimbukan minat remaja untuk datang ke pasar tradisonal. Dan ketiga memberikan fasilitas kesehatan geratis bagi para pedangan.

Tidak hanya pemeritah yang wajib untuk melestarikan pasar trandisional tetapi seluruh masyarakat wajib untuk melestarikannya karena pasar trandisional merupakan tonggak ekonomi suatu daerah dan menjadi sumber  penghidupan bagi lebih dari 30 juta rakyat Indonesia yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Denga ide yang saya sampaikan semoga dapat membantu pemerintah dalam melestarikan pasar trandisional atau pasar Rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun