"Mau yang alami atau buatan, kalau mau alami ada konsekuensi kita akan mengalami sakit berat dan berbahaya. Jika vaksin, itu akan mengakibatkan efek yang sedikit saja. Vaksin itu akan disuntikkan, dan akan mengeliminasi virus covid yang ada di dalam tubuh kita," tutur dr Aryana.
Dia menjelaskan, membuat vaksin sebenarnya tidak mudah karena fase-fase penelitiannya cukup panjang. Namun, dalam waktu kurang lebih satu tahun, vaksin Covid-19 sudah ditemukan. Padahal, ada sebagian penyakit yang sampai sekarang belum ditemukan vaksinnya.
"Kalau polio hampir 60 tahun baru ditemukan, ebola dan lainnya butuh waktu panjang. Inilah prinsip sederhana, vaksin itu banyak platform nya. Platform nya itu bagian mana dari virusnya yang terpakai, menggunakan bahan-bahan yang bagus," kata dia.
Sementara dari sisi efek samping vaksin, dr Aryana menjelaskan apabila dilihat dari jenisnya, semakin kuat vaksin tersebut merangsang, daya kerjanya pun semakin baik. Namun, efek sampingnya memang cukup besar pula.
"Perlu diketahui, jika efek sampingnya semakin besar biasanya lebih kuat merangsang sistem imun, safety-nya lebih besar kadang-kadang efikasinya semakin kecil. Paradigma ini semakin meluas di kalangan masyarakat," tuturnya.
Kekebalan komunal atau herd immunity
Dalam kesempatan itu, dr Aryana juga menjelaskan konsep herd immunity. Sebagai gambaran, anggaplah dalam satu populasi yang tervaksin hanya tiga orang, kemudian hanya satu orang terkena virus Covid.Â
Jadi, dalam waktu singkat, satu orang itu akan menyebar ke 10 sampai 15 orang di sana. Sedangkan yang tidak terpapar hanya tiga orang yang sudah divaksin.
"Tetapi, kalau yang sudah divaksin sudah banyak ketika ada satu orang yang kena paling banyak dia akan mengenai 2/3 orang karena hampir semua sudah divaksin. Inilah penyebarannya tidak meningkat lagi, bisa segera sembuh, dan penurunannya bisa distabilkan," ujar dr Aryana.
Dia juga mengapresiasi kinerja pemerintah dalam melakukan tahapan periode vaksinasi untuk mencapai target 80% orang yang bisa tervaksinasi. Adapun fase ini dari petugas kesehatan 1,3 juta orang, petugas publik 21,5 juta orang, lansia 63,9 juta orang dan terakhir masyarakat umum 77,4 juta orang.Â
"Sekarang sudah September 2021, kita sudah fase akhir semoga harapan semakin besar dan bisa hidup normal kembali," ucapnya.