Perempuan memiliki potensi untuk menjadi pebisnis UMKM. Terbukti, survei dari Bank Dunia pada 2016 mengungkapkan, lebih dari 50% usaha kecil dimiliki oleh perempuan.Â
Artinya, kaum Hawa memiliki peluang besar mengembangkan karier sebagai pengusaha. Namun, perlu keberanian dan keinginan kuat untuk terjun ke dunia bisnis yang kompetitif, terlebih di masa pandemi ini.
Adaptasi dan inovasi
Menurut Gati Wibawaningsih, Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian, seorang pengusaha perempuan harus mampu bertahan dalam bisnisnya.
Dia juga mengingatkan agar tidak beranggapan bahwa kondisi akan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19 merajalela. Maksudnya, perempuan harus tetap berjuang dengan cara sekarang untuk bertahan.
Ketiga, Gati menekankan perlunya memiliki kemampuan adaptasi bisnis dengan kondisi saat ini, yakni dengan cara terus kreatif dan inovatif dalam mengembangkan bisnis.Â
Selain itu, terkait strategis bisnis, dia menyarankan sebaiknya dilakukan optimalisasi produk atau layanan yang sudah ada, perluasan cakupan bisnis, serta pengembangan atau terobosan baru produk atau jasa.
Contohnya seperti yang dilakukan pengusaha UMKM Anisa Azizah yang merintis bisnis inovasi beton berpori bernama Tech Prom Lab. Perempuan ini justru bisa berinovasi di bisnis konstruksi yang didominasi laki-laki.
Bersama timnya, Anisa fokus pada inovasi material bangunan hingga berhasil merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan. Sayangnya, bisnisnya sempat tersendat di tahun kedua akibat pandemi.
Lalu, Anisa pun mengubah strategi pemasaran dari yang sebelumnya mayoritas melalui offline menjadi online. Dia pun mengaku awalnya memang sulit karena tidak familiar menjual bahan baku bangunan secara daring.